Website counter

Senin, 31 Januari 2011

Apakah saya Mementingkan Diri Sendiri?

Pantang Menyerah
Baca : Matius 6 : 1 – 4 dan Lukas 18 : 9 – 14
Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. Matius 6 : 1

Setiap kita sesungguhnya adalah orang yang egois. Hal ini bisa kita buktikan saat kita melihat tingkah anak kecil berusia dua sampai lima tahun. Mereka akan mencoba mendapatkan kue yang terbesar atau merebut mainan adiknya untuk dirinya sendiri. Saya percaya Anda dan saya pun pasti dahulu mengalaminya. Seiring bertambahnya usia, biasanya sikap egois perlahan-lahan akan luntur, namun tak sedikit orang membawa sifat egois masa kecilnya sampai dewasa, bahkan termasuk beberapa orang Kristen. Cobalah perhatikan orang-orang di sekitar gereja Anda, atau iseng-isenglah main ke gereja tetangga. Akan kita temui ada orang-orang yang tanpa sadar berusaha memastikan semua orang tahu setiap hari ia berdoa satu jam sekali, setiap hari ia saat teduh sehingga ia kirimkan saat teduhnya kepada semua orang via sms atau e-mail, ia memamerkan amplop perpuluhan saat memasukannya dalam kantong kolekte, dan tak pernah telat mengawali hari dengan berdoa. Karena dia sangat yakin pasti hari ini akan sial kalau tidak menyempatkan diri untuk doa. Dia doa bukan karena ingin bersekutu dengan Tuhan, namun sekedar rutinitas penghilang sia.

Pertanyaannya sekarang, apakah salah jika kita sangat disiplin melakukan kegiatan rohani kita seperti setia melayani di song ministry, menjadi pemimpin group sister, rajin perpuluhan, rajin spent time dengan pembimbing atau anak bimbingan, rajin menginjil dan baca Alkitab, disiplin perpuluhan, berdandan habis-habisan saat menghadiri ibadah, dll? Tidak dan justru sangat bagus. Tetapi jika kita melakukan itu semua cenderung untuk menyenangkan diri sendiri daripada menyenangkan Allah, kita tak ada bedanya dengan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Kita mati-matian menghapalkan firman Tuhan, mati-matian ikut pelayanan ini dan itu, namun kalau kita melakukannya untuk mencari hormat dari orang lain, itu semua sia-sia dan justru bisa menjadi batu sandungan buat orang lain. Perbuatan sebaik apapun bisa menjadi ajang egoisme jika dilakukan hanya agar orang lain memperhatikan kita. Yesus memperingatkan sikap mementingkan diri sendiri ini, kebaikan palsu yang dilakukan untuk memamerkan diri. Yesus senang melihat kita taat dan berusaha melakukan firman-Nya, namun Yesus tidak pernah berharap kita taat hanya demi menarik perhatian dan hormat untuk diri sendiri.

Ringkasnya : Mari kita memiliki sikap hati yang benar dalam apapun pelayanan dan tindakan yang kita lakukan selama ini. Tuhan membiarkan orang Farisi pulang dari bait Allah tanpa pembenaran dari-Nya dan memberikan pembenaran kepada pemungut cukai karena sikap hati pemungut cukai yang merendahkan diri, bukan karena pelayanan demi pelayanan untuk mengejar kehormatan dan pujian dari manusia. • Richard T.G.R

Pertanyaan : Apakah motivasi pelayanan atau tindakanku selama ini?
Aplikasi : Rendahkanlah diri di hadapan Tuhan.
Doa : Tuhan selidiki hatiku apakah selama ini aku sungguh-sungguh mengasihimu. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar