Website counter

Senin, 29 Maret 2010

Anda Istimewa

By : Richard T.G.R

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Yohanes 3 : 16

Bacaan : Yesaya 53 : 1 – 12


Pernahkah Anda membayangkan hidup terlunta-lunta di jalan dan tidur di emperan toko? Pernahkah Anda membayangkan terpaksa mengamen dari satu tempat ke tempat lain dan terpaksa makan makanan sisa di tong sampah? Pernahkah Anda merasakan kerasnya hidup di jalanan dan tidak tahu apakah esok masih bisa makan atau tidak? Saya percaya semua pembaca memiliki kehidupan yang sejahtera dan tidak mau menjadi anak jalanan, namun pernahkah Anda membayangkan diri Anda menjadi anak jalanan yang sering Anda lihat di jalanan Kota Jakarta?

Kalau Anda benar-benar ingin tahu, pengalaman Mariyam (18th) kiranya bisa mengetuk hati nurani Anda betapa Tuhan sangat mengasihi manusia. Mariyam adalah salah seorang anak jalanan yang menjadi penghuni Yayasan Griya Asih. Sebelum di pungut oleh pihak yayasan, Mariyam hidup terlunta-lunta di Jakarta. Dia putus sekolah sejak kelas III SD dan terpaksa menjadi pengamen di daerah Gambir untuk menyambung hidup. Tahun 2000 hidupnya berubah ketika ada seseorang yang mengajaknya tinggal di yayasan. Di tempat itu Mariyam mendapatkan hidup yang jauh lebih baik dan kesempatan tumbuh layaknya manusia dewasa, dia pun juga bisa sekolah hingga kini di kelas III SMK.

Hidup kita semula sama seperti Mariyam, kita ibarat gelandangan yang Tuhan pungut di jalanan. Kita yang kotor, hina dan terluka oleh dosa, Tuhan bersihkan dan beri kesempatan untuk menjadi murid-Nya. Hari ini kita sudah layak menerima surga dan menyebut diri kita Kristen, namun sudahkah kita membagikan kasih Tuhan kepada orang-orang yang kurang beruntung di sekitar kita? Apakah kasih hanya sekedar slogan atau kita praktekkan? Mari kita menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk mengasihi orang-orang di sekitar kita.


* Di muat di RHK Aletea – April 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar