Website counter

Rabu, 22 Desember 2010

Kasih Seorang Anak

Malam itu aku baru saja pulang kerja saat melihat kedua anakku sibuk menjahit sesuatu dengan mesin jahit. Karena lelah aku menyapa mereka singkat. Sambil berjalan, aku memerhatikan kain yang mereka jahit. Ternyata itu adalah kain yang sudah aku persiapkan untuk membuat selimut bayi. Kini, kain itu sudah rusak. Robek di hampir seluruh bagiannya.

Tanpa basa-basi aku langsung marah-marah. Anak perempuanku tertunduk diam. Ia tidak membela diri, namun wajah sedih nampak jelas dari raut mukanya. Setelah aku selesai marah-marah, ia pun segera masuk ke kamarnya, dan berada di sana cukup lama sampai akhirnya ia keluar untuk mengucapkan selamat malam dan meminta maaf untuk kedua kalinya atas apa yang sudah ia lakukan.

 Beberapa jam kemudian, saat aku bersiap-siap akan tidur, aku melihat sebuah bantal kecil di atas tempat tidurku. Bantal cantik dengan tulisan "Aku sayang ibu" itu terbuat dari "kain terlarang" tadi. Di sebelahnya, ada sebuah catatan kecil berisi kata maaf karena sudah menggunakan kain itu. Sampai hari ini, aku masih saja meneteskan air mata saat mengingat bagaimana aku bereaksi saat itu. Aku merasa sangat bersalah. Malam itu juga, aku ke kamarnya dan meminta maaf atas apa yang sudah aku lakukan. Dengan bangga, aku menaruh bantal itu di ranjangku, dan menggunakannya sebagai pengingat bahwa tidak ada di dunia ini yang lebih besar dari kasih seorang anak.


Sumber : Woman ideas Renungan Harian Spirit Woman Desember 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar