Website counter

Rabu, 01 Desember 2010

Teguran Sahabat


Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah. Amsal 27 : 6

Bacaan : Galatia 2 : 11 – 20

Beberapa waktu lalu saya mendapat tegoran keras dari seorang teman. Kejadian itu bermula ketika saya mengeluhkan tindakan mama saya yang terlalu otoriter dan selalu menuntut ini dan itu seperti anak kecil sehingga saya marah-marah. Mama saya dirawat di panti jompo karena papa sudah meninggal setahun silam dan di rumah tak ada seorangpun yang merawatnya. Awal tahun 2010 kemarin mama jatuh sehingga tulang kakinya patah dan di operasi. Saya dan kakak kandung saya lalu memasukkan mama ke panti dan seluruh biaya rumah sakit dan perawatan panti ditanggung kami berdua. Saya waktu itu marah kepada mama karena setiap kali mengunjunginya dia selalu meminta ini dan itu serta selalu meributkan masalah keuangan sehingga saya sempat naik darah. Mendengar cerita tersebut, teman saya menegor dengan keras agar saya belajar mengasihi mama walaupun dia selalu membuat jengkel dan kesal setiap kali saya berkunjung. "Kamu suka menulis artikel tentang mengasihi, sekarang kamu tidak mengasihi mamamu. Kamu sama aja orang munafik dong," itulah perkataannya yang selalu saya ingat dan dengan malu membuat saya harus mengakui bahwa saya telah berdosa.

Sangatlah tidak menyenangkan mendapat teguran dan mengakui bahwa kita salah. Begitu pula tidak mudah kita menegur kesalahan orang lain, apalagi dia sahabat karib kita. Namun, kita harus berani melakukannya sebagai tanda kita mengasihi sahabat atau teman kita agar dia sadar diri. Paulus dengan berani menegor Kefas (Petrus) yang notabene murid Yesus yang cukup beken karena perbuatan Kefas munafik dan membingungkan orang-orang bukan Yahudi dari Yerusalem yang mendatangi jemaat di Antiokhia. Petrus menjauhi orang-orang yang bukan Yahudi karena takut menghadapi penolakan dari orang-orang Yahudi dan itu tidak benar. Saya membayangkan Petrus pun sangat malu seperti yang saya alami, namun Petrus menerima teguran itu dengan baik dan mengubah tingkah lakunya. Petrus mengerti bahwa Paulus adalah sahabat sejati yang berani menegur dengan keras demi kebaikannya sendiri sehingga di tahun-tahun berikutnya Petrus menyebut Paulus sebagai "saudara yang kekasih" (II Petrus 3 : 15). Girls, kalau saat ini kamu jengkel, kesal, dan malu karena menerima teguran, padamkanlah panas hati dan berterima kasihlah kepada sahabatmu karena dia "menamparmu" dengan maksud baik. • Richard T.G.R

* Artikel ini dimuat di Renungan Spirit Girls – Selasa, 07 Desember 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar