Website counter

Jumat, 16 Juli 2010

Kisah sang Pematung

Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Mazmur 139 : 13

Bacaan : Mazmur 139 : 1 – 24

Alkisah, ada seorang pematung yang sangat hebat dalam membuat patung. Semua patung buatan tangannya sangat mirip dengan aslinya dan begitu indah sehingga suatu hari raja mengundangnya ke istana untuk makan bersama. Setelah raja dan pematung membicarakan berbagai hal sambil menyantap makanan, raja lalu meminta kepada si pematung untuk membuat patung raja, permaisuri, pangeran, para menteri dan pendeta kerajaan. Raja juga akan memberikan upah yang cukup besar untuk karya si pematung kalau apa yang dimintanya sudah dibuat. Dengan bangga dan wajah riang, pematung segera pulang ke rumahnya. Dia merasa mendapat kehormatan besar untuk membuat patung raja dan orang-orang penting di kerajaannya. Dengan penuh ketelitian dan sentuhan seorang pematung tingkat tinggi, satu demi satu patung pesanan raja di buat dengan sangat indah dan kuat. Setelah semua patung selesai, segera ia menghadap raja sambil membawa patung-patung buatannya.

Raja yang melihat patung-patung itu memuji karya si pematung dan menyuruh para pengawalnya menaruh patung-patung itu di sudut-sudut istana yang sejuk dan enak di lihat. Sambil menyerahkan sekantong uang, raja lalu meminta si pematung membuat patung dirinya sendiri dan menyerahkan patung itu kepadanya karena raja ingin rakyatnya tahu bahwa di kerajaannya ada seorang pematung hebat. Si pematung menyanggupi perintah raja, namun dalam hatinya dia gundah gulana. Pematung merasa dirinya hanya rakyat jelata yang miskin dan tidak spesial. Dia merasa tidak pantas di sejajarkan dengan raja, panglima perang atau pendeta kerajaan yang di matanya adalah orang-orang terhormat. Dalam benaknya dia sudah menebak bahwa patung dirinya pasti akan ditempatkan di luar istana. Mungkin di kebun atau di kolam ikan. Patung dirinya pasti akan kepanasan dan kehujanan, di kencingi anjing, di jatuhi kotoran burung dan akhirnya rusak dengan cepat.

Akhirnya si pematung membuat patung dirinya dengan cara biasa-biasa saja dan batu yang dia gunakan untuk di pahat adalah batu kelas dua bukan batu yang terbaik karena dia berpikir buat apa membuat patung dirinya bagus-bagus. Toh nantinya di tempatkan di luar istana. Setelah patung dirinya jadi, segera ia menghadap raja. Raja yang melihat hasil karyanya kaget dan merasa sedih. Sebetulnya raja berniat menempatkan patung si pematung di sebelahnya sehingga tamu-tamu kerajaan lain atau rakyat yang menghadap tahu siapa jati diri si pematung. Namun karena patung itu biasa-biasa saja, raja akhirnya menempatkan patung tersebut di dekat kolam ikan persis seperti apa yang dipikirkan si pematung.

Dongeng di atas mengajarkan kepada diri kita bahwa apa yang kita pikirkan tentang diri kita itu pulalah yang akan terjadi dalam hidup kita. Semua kita, Anda dan saya sesungguhnya dianugrahi Tuhan talenta-talenta yang luar biasa. Ada yang sangat hebat dalam menulis, menyanyi, memahat, menari, berakting, memperbaiki sesuatu, dan lain-lain. Kita semua adalah orang-orang yang luar biasa dan bisa menjadi histori maker. Namun sayang, banyak diantara kita memiliki mentalitas si pematung. Kita bisa begitu hormat dan kagum dengan prestasi orang lain. Kita melihat orang lain luar biasa dan cocok di jadikan panutan. Tetapi, saat kita sendiri di minta menggambarkan atau menceritakan siap sesungguhnya diri kita, mendadak kita menjadi rendah diri. Kita merasa hanyalah orang kecil yang bukan siapa-siapa dan tak bisa apa-apa. Kita merasa tidak pantas di sejajarkan dengan orang-orang besar dan terkenal yang ada di sekitar kita. Tuhan tentu tak ingin kita menjadi rendah diri mengambarkan siapa sesungguhnya kita karena Tuhan sendiri yang membentuk sejak kita masih dalam kandungan. Tuhan melahirkan manusia tidak seperti barang pabrikan yang semuanya sama, namun Dia membentuk kita berbeda-beda dan satu sama lain tidak ada yang sama. Tuhan membekali kita dengan talenta-talenta yang luar biasa walaupun mungkin orang-orang di sekitar kita menganggap biasa karena berbagai kekurangan yang kita miliki.

Jangan pernah malu menggambarkan siapa jati diri Anda karena Anda adalah orang yang luar biasa. Bicaralah dengan lantang dan percaya diri bahwa Anda adalah orang yang spesial dan Tuhan bangga dengan talenta yang sudah Anda kembangkan sampai saat ini. Sebagai seorang Kristen yang percaya Tuhan melahirkan Anda menjadi orang yang luar biasa, bagaimana sekarang Anda menggambarkan diri Anda sendiri?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar