Website counter

Sabtu, 29 Mei 2010

Merasakan Berkat Tuhan


By : Richard T.G.R

Kata Yesus: "Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta." Yohanes 9 : 39

Bacaan : Yohanes 9 : 1 – 41

Apakah Anda suka melihat acara Bedah Rumah yang tayang di salah satu stasiun televisi? Saya salah satu orang yang suka melihat acara tersebut karena sangat menginspirasi dan mengajar kita secara tidak langsung untuk memiliki empati kepada orang lain yang jauh lebih berkekurangan di banding diri kita. Dalam setiap acara yang saya tonton, sang pemilik rumah yang di bedah rumahnya semuanya adalah orang yang tidak mampu. Biasanya mereka bekerja sebagai buruh, petani, pemungut sampah, penjual gorengan, peternak kambing kecil-kecilan dan aneka pekerjaan lain yang terkesan kotor dan rendah lainnya. Untuk bisa menyelami dan mengerti apa yang keluarga miskin itu rasakan, biasanya sang moderator akan terjun langsung dan melakukan apa yang selama ini keluarga itu lakukan. Mereka harus mau merasakan betapa capenya mencangkul, membuat suatu hiasan yang kelihatannya sepele dan murah namun ternyata sangat sulit di buat, memandikan kerbau, mengupas kelapa, memasak dengan kayu bakar, tidur beralaskan tikar lusuh dan di gigiti nyamuk, makan seadanya, mandi di sungai, dll. Hasilnya, sang moderator biasanya menangis dan berempati dengan kesulitan si keluarga yang ditumpanginya. Dia tak hanya sebatas melihat dan kasihan, namun dia merasakan sendiri betapa menderitanya dirinya kalau berdiri di posisi orang yang berkekurangan.

Setelah dia belajar menjadi orang susah, kini gantian sang moderator dan para kru bekerja. Sang keluarga yang akan di bedah rumahnya di bawa berwisata ke tempat lain dengan mendapat fasilitas istimewa. Mereka di tempatkan di hotel berbintang, di ajak jalan-jalan ke tempat yang menyenangkan, di ajak makan di tempat makan yang enak dan berkelas serta di belikan baju-baju baru yang selama ini tak mampu di beli. Sementara sang empunya rumah bersenang-senang, tim bedah rumah bekerja keras merubah rumah yang tadinya bobrok dan tak layak huni menjadi enak di lihat dan apik. Tak hanya memperbaiki dan merubah rumah, mereka juga memberikan berbagai perlengkapan rumah seperti tv, meja kursi, almari, kompor bahkan modal usaha. Akhir yang bahagia karena biasanya saat sang empunya rumah pulang dan melihat keadaan rumahnya yang berubah, dia akan sangat senang dan berterima kasih.

Tahukah kita bahwa Tuhan pun sesungguhnya ingin melakukan hal yang sama seperti tim bedah rumah saat membedah rumah kita menjadi lebih baik. Tuhan ingin sekali mengikis dan membuang segala karakter kita yang buruk serta menggantinya dengan karakter Kristus yang luar biasa. Tuhan ingin menggubah hidup kita yang suram dan seakan tak ada harapan menjadi sukacita. Namun, tanpa sadar banyak diantara kita kadang mengeraskan hati saat Tuhan menawarkan diri untuk bekerja dalam diri kita. Memang kita menjadi orang Kristen, setiap minggu rajin ke gereja, setiap hari saat teduh dan doa, beberapa di antara kita sibuk dalam berbagai pelayanan gereja. Namun pernahkah kita jujur kepada diri sendiri dan bertanya apakah yang sudah saya berubah di tahun ini? Apakah saya selalu menjadi sosok yang sama dari tahun ke tahun? Apakah saya seorang Kristen yang selalu gampang emosi padahal saya tahu kebenaran firman Tuhan? Apakah saya tersinggung dan merasa risih saat pendeta saya berkhotbah tentang sesuatu yang tidak saya suka dan seakan-akan menghakimi dosa-dosa saya? Banyak diantara kita bersikap semau gue dan sok rohani padahal kita tak ada bedanya dengan orang munafik.

Kita bisa dengan penuh percaya diri gembar-gembor mengenai kasih kasih dan kasih, namun kita begitu gampang mengamuk atau balas mencaci saat rekan kerja ribut dengan kita, kita tidak mau berubah dalam hal karakter saat Alkitab dengan tegas menunjukkan tabiat-tabiat kita yang buruk dan harus di buang. Seorang Kristen yang bertumbuh pasti akan semakin lebih baik secara karakter maupun gaya hidup dari tahun ke tahun. Contoh sederhananya begini : dahulu kita suka makan seenaknya dan tidak peduli kesehatan. Kita bisa sesuka hati memesan makanan di warung atau restoran favorit sesuka hati karena gaji lumayan. Saat firman Tuhan menegor untuk kita mengendalikan hawa nafsu, termasuk nafsu makan, kita merespon tegoran itu dengan positif. Kita berusaha makan makanan sehat dan menjaga pola makan. Hasilnya tubuh kita jauh lebih sehat dan keuangan kita jauh lebih baik. Nah, kalau selama bertahun-tahun kita menjadi sosok yang sama dari tahun ke tahun, kita patut bertanya apakah yang salah dengan diri kita?

Bicara masalah merasakan berkat Tuhan, mari kita belajar dari orang buta sejak lahirnya. Mengapa Yesus saat itu berkata : barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta? Intinya Tuhan mengajarkan kita untuk berubah. Kalau selama menjadi Kristen kita tahu kebenaran firman Tuhan dan berusaha melakukan kebenaran itu dalam hidup kita, maka kita seperti orang buta yang kini dapat melihat. Kita bisa membedakan mana yang benar dan yang salah karena kita menjadi pelaku firman. Kita di katakan buta oleh Tuhan kalau kita tahu kebenaran firman Tuhan, namun kita tak mau melakukannya dalam kehidupan kita setiap hari. Kita mengeraskan hati untuk tetap menjadi diri kita sendiri dan tidak mengalami perubahan karakter apapun walaupun sudah bertahun-tahun menjadi Kristen. Kita buta rohani walaupun secara fisik kita bisa melihat. Mari kita belajar menjadi pelaku firman dan merasakan berkat Tuhan sehingga hidup kita semakin lebih baik dari waktu ke waktu. Jangan keraskan hati saat firman Tuhan menegor kita untuk berubah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar