Website counter

Sabtu, 15 Mei 2010

Mendengar dan Melakukan




By : Richard T.G.R

Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. I Samuel 15 : 22

Bacaan : I Samuel 15 : 1 – 35


Apa yang biasanya Anda lakukan ketika mendengarkan khotbah saat mengikuti ibadah di hari minggu? Apakah Anda konsentrasi penuh kepada pendeta yang menyampaikan firman Tuhan dengan mendengar dan mencatat khotbahnya, mendengar sambil terkantuk-kantuk karena semalam begadang nonton bola, bisik-bisik dengan rekan di kanan kiri, sibuk chating dengan rekan melalui hp, atau malah tidur? Bagi orang-orang yang sulit tidur dan setelah mendengarkan khotbah, ternyata khotbah pendeta lebih ampuh daripada obat tidur yang biasa kita beli di apotek. Kalau Anda tak percaya, saat ibadah cobalah tengok ke kanan kiri atau ke belakang sejenak. Anda akan temui beberapa jemaat yang terkantuk-kantuk dan ada pula yang tidur dengan nyenyaknya sambil tertunduk. Saya sering iseng melihat ke sekeliling sehingga tahu tipe-tipe jemaat saat mendengarkan firman Tuhan.

Tentu hal ini tidak bisa di biarkan kalau kita memiliki kebiasaan buruk saat ibadah. Tuhan ingin kita mendengarkan suara-Nya dan menindaklanjutinya dalam tindakan kita sehari-hari. Lalu, apakah kita bisa mendengarkan suara Tuhan hanya melalui Alkitab atau khotbah pendeta? Tidak juga, karena Tuhan berbicara melalui banyak media. Tuhan bisa berbicara melalui buku-buku yang kita baca, kesaksian hidup, film documenter, keheningan, alam, renungan, kejadian sehari-hari, dll. Pertanyaannya sekarang, apakah kita mendengarkan suara Tuhan melalui berbagai media yang ada? Tuhan sesungguhnya sudah berbicara melalui berbagai media, namun sayangnya kita sendiri yang sering tidak mau mendengar. Apa yang membuat kita tidak bisa mendengar suara Tuhan? Rutinitas kerja, sibuk mengurusi urusan rumah tangga, sibuk menaikan karier, sibuk belajar, sibuk mengurusi hobi, dll. Hasilnya, hidup kita hampa dan kita merasa Tuhan kok jauh dari saya, kok Tuhan tak mau mendengarkan keluh kesah saya?

Lalu apakah hamba Tuhan alias pendeta pasti semuanya mendengar dan melakukan suara Tuhan? Apakah mereka bisa tetap setia dan berkenan di mata Tuhan? Tidak selalu. Ada beberapa pendeta yang sukses melayani dan di pakai Tuhan luar biasa namun tidak berkenan di hadapan-Nya. Saya ambil contoh seorang pendeta di Indonesia yang sukses luar biasa dalam pelayanannya dan sering memberikan khotbah ke berbagai kota yang sekali ibadah di hadiri ribuan orang karena fasih berkhotbah dalam bahasa Mandarin. Dia bisa sangat hebat menyuruh orang ini itu berdasarkan firman Tuhan, namun hidup keluarganya sendiri kacau. Anaknya melakukan tindakan-tindakan yang bertolak belakang dengan nilai-nilai yang Kristus ajarkan. Tak usahlah menyebut nama, Anda pasti sudah bisa menebak siapa orangnya. Walaupun hebat dan sangat jauh lebih pintar daripada saya yang hanya penulis amatiran, jujur saya tidak respect dengannya. Kalau kita tidak bisa menjadi pelaku firman dan hanya hebat secara teori, kita tak ada bedanya dengan orang munafik dan menjadi batu sandungan buat orang lain. Kita bisa hebat mengurusi masalah orang lain dan mengajarinya ini itu, namun kalau mengurus keluarga kita sendiri saja tidak becus dan justru menjadi contoh buruk bagi anak-anak Tuhan lainnya, apakah itu namanya pelaku firman? Kalau kita tidak bisa memberikan teladan kepada anak tentang bagaimana Kristen yang benar, tak heran anak kita justru benci dengan kekristenan karena menganggap orang Kristen itu munafik. Dia melihat kemunafikan itu bukan dari orang lain, namun dari orangtuanya sendiri.

Tentu saja kita tak akan pernah mau mengalami kejadian diatas. Kita tentu berharap anak istri atau pacar kita bisa melihat karakter-karakter Yesus dalam setiap tindakan kita, tak semata hanya teori. Untuk memiliki karakter-karakter Kristus, cara terbaik untuk mendapatkannya adalah mendengar suara Tuhan dan melakukannya. Mendengar saja itu tak cukup, namun kita harus melakukannya. Kisah Saul kiranya menjadi pelajaran buat kita semua untuk tak hanya yes men atau asal bapak senang tapi setengah-setengah di hadapan Tuhan. Di ceritakan Saul di suruh Tuhan melalui perantaraaan Samuel untuk menumpas orang Amalek. Perintah Tuhan sangat jelas, bunuh semuanya tanpa ampun ( I Samuel 15 : 3 ). Saul mendengarkan itu dan meresponnya, namun Saul melakukan kesalahan fatal yang membuat Tuhan meninggalkannya. Saul tidak menumpas kawanan kambing domba dan lembu-lembu terbaik dan tambun, begitu pula anak domba dan segalanya yang berharga ( I Samuel 15 : 9). Tuhan murka dan menghukum Saul dengan sangat keras. Mungkin sebagian kita berpikir kok Tuhan kejam banget, masa gara-gara masalah itu tidak ada ampun bagi Saul? Tuhan tidak kejam karena, di kisah sebelumnya yaitu di I Samuel 13 Saul sudah tidak taat. Di suruh menunggu Samuel selama 7 hari ia tidak sabar dan membakar sendiri korban persembahan. Saul tidak lulus ujian. Saul lebih menuruti egonya dan mengabaikan suara Tuhan.

Mendengar dan melakukan adalah salah satu cara untuk kita bertumbuh dalam iman kita kepada Tuhan. Dengarkan suaranya melalui berbagai media yang ada dan belajarlah melakukannya walaupun susah sehingga Tuhan disukakan oleh perbuatan kita dan karakter kita semakin serupa dengan Yesus.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar