Website counter

Rabu, 31 Oktober 2012

Pemicu Lebih Baik

Baca : Kolose 4 : 10 - 20
Tetapi yang kuutamakan bukanlah pemberian itu, melainkan buahnya, yang makin memperbesar keuntunganmu. (Kolose 4 : 17)

Ketika sedang melaut seorang nelayan melihat seekor ular berenang ke perahunya. Ternyata ular itu membawa seekor katak dalam mulutnya. Karena iba kepada si katak, sang nelayan mengulurkan tangannya ke dalam air dan dengan hati-hati mengeluarkan katak itu dari mulut ular. Katak itu pun segera pergi menjauh. Tapi sang nelayan iba pada si ular. Sang nelayan pun mencarikan sesuatu yang bisa diberikan padanya. Ia menemukan sebotol minuman, menuangkan minuman itu segelas penuh, dan memberikannya pada si ular. Ular itu lalu berenang menjauh. Sang nelayan puas dengan perbuatan baiknya. Tapi selang 10 menit, ia mendengar ketukan pelan di bagian sisi perahunya. Ketika menoleh, dilihatnya ular itu telah kembali, tapi kali ini dengan membawa dua katak di dalam mulutnya.

Jika kita memberikan sesuatu pada seseorang (atau hewan) apa yang mereka inginkan, bisa dipastikan mereka akan kembali dan kembali lagi. Bahkan, mungkin mereka akan membawa sekalian keluarga dan teman-temannya. Tindakan memberi dan membantu orang lain memang baik, tapi alangkah lebih baiknya jika tindakan itu dapat juga dijadikan sebagai pemicu atau penyemangat agar di kemudian hari mereka bisa lebih mandiri dan lebih kuat. Paulus semangat dengan pemberian jemaat Filipi, namun ia tetap belajar mencukupkan diri dalam segala hal. Paulus bisa saja tidak bekerja, dan hanya sibuk pelayanan. Namun Paulus tidak mau melakukan itu, ia tetap bekerja untuk mencukupi kebutuhannya, sedangkan pemberian jemaat ia berikan bagi jemaat lain yang lebih membutuhkan. Sehingga tak heran semakin banyak orang diselamatkan dan itu keuntungan bagi jemaat mula-mula.

Jangan sampai kebaikan kita malah menjadikan pihak penerima bantuan sebagai orang yang hanya berpangku tangan menunggu pertolongan orang lain. Berikan bantuan yang membuat orang menjadi mandiri sehingga kelak mampu membantu orang lain. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di Renungan Spirit Woman – Kamis, 6 September 2012
Pertanyaan    : Apakah saya pribadi yang mandiri?
Aplikasi          : Jangan hanya memberi, tapi ajarkan cara mereka bisa mencari.
Doa                 : Tuhan, ajar saya untuk mampu membantu orang lain mandiri. Amin.

Semangat yang Tak Teramputasi

Baca : II Korintus 12 : 1 - 10
Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat. (II Korintus 12 : 10)

Suatu pagi, Ellie Challis terbangun dengan kesakitan. Panas badannya tinggi dan tangan serta kakinya terasa dingin. Waktu itu ia baru berusia 1 tahun. Ibunya membawanya ke rumah sakit. Namun karena tak ada kejanggalan apa pun dari hasil tes darahnya, orangtua Ellie disarankan untuk membawanya kembali ke rumah. Belakangan diketahui ia terkena meningitis. Empat hari kemudian, tangan dan kaki Ellie berubah menjadi hitam. Dokter mengabarkan bahwa tangan dan kaki Ellie harus diamputasi. Setelah operasi amputasi berhasil, kedua orang tuanya bertekad memberikan Ellie kaki buatan yang fleksibel. Pada Desember 2006, keinginan itu tercapai.

Pada April 2009, Ellie membuat sejarah sebagai orang termuda di dunia dengan kaki buatan. Semangat hidupnya tak ikut teramputasi bersama tangan dan kakinya. Ia bergabung dengan tim sepak bola sekolahnya. Tak hanya semangat hidup tinggi yang dimilikinya, ia juga mempunyai pemikiran besar yang melebihi segala keterbatasan yang dimiliki. Pada 2009 silam, ia dengan berani menantang atlet lari Afrika Selatan, Oscar Pistorius, yang terkenal sebagai "pelari tercepat tanpa kaki". Waktu itu umur Ellie baru 5 tahun, sedangkan Oscar berusia 23 tahun. Pada pertandingan lari untuk tujuan amal itu, Ellie tampak percaya diri. Ia terbukti mampu cepat beradaptasi dengan kaki fibernya.

Jagoan Kristus, kalau saat ini kamu mengalami musibah seperti Ellie sehingga mengalami cacat fisik, jangan menyerah dan merasa tak bisa apa-apa. Jangan rendah diri karena memiliki keterbatasan, namun berusahalah dengan keras untuk bisa melakukan segala sesuatu dengan mandiri. Paulus berkata dirinya kuat dalam kelemahannya saat memberitakan Injil, kamu pun pasti kuat dan mampu menjadi anak yang hebat karena Tuhan menyertaimu. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di Renungan Spirit Junior – Selasa, 18 September 2012
Pertanyaan    : Apakah saya  selalu percaya diri?
Aplikasi          : Jangan rendah diri karena memiliki keterbatasan tertentu.
Doa                 : Tuhan, ajar kami untuk percaya diri. Amin.

Mengapa Anjing Mengubur Tulang?

Baca : I Tawarikh 22 : 2 – 19
Karena pikir Daud: "Salomo, anakku, masih muda dan kurang berpengalaman, dan rumah yang harus didirikannya bagi TUHAN haruslah luar biasa besarnya sehingga menjadi kenamaan dan termasyhur di segala negeri; sebab itu baiklah aku mengadakan persediaan baginya!" Lalu Daud membuat sangat banyak persediaan sebelum ia mati. (I Tawarikh 22 : 5)

Mama sedang kesal pada anjingku yang bernama Coco karena dia merusak kebun. Tanah di sekitar tanaman mawar Mama rusak karena Coco menggali lubang untuk menimbun tulang yang ditemukannya di jalan. Selain kesal karena kebun rusak, Mama pun tak mengerti kenapa Coco yang sudah diberi makanan anjing yang cukup dan enak, masih saja suka menimbun tulang yang kelak tak akan dimakannya.

Jagoan Kristus, alasan anjing mengubur tulang sangatlah sederhana yaitu untuk cadangan makanan. Di jaman dahulu, para anjing masih hidup di alam bebas dan mereka kadang kekurangan makanan. Agar tidak kelaparan, mereka menimbun tulang yang berhasil mereka dapat saat berburu untuk persediaan makanan kalau dia tak berhasil menemukan makanan dalam jangka waktu panjang. Naluri menabungnya ini terus dibawa sampai sekarang. Kalau kamu melihat anjing berputar tiga kali sebelum tidur, itu juga nalurinya karena di jaman dulu ia hidup di alam bebas dan tidur di rerumputan. Agar rerumputan itu rata, ia harus menginjak-injaknya dulu.

Jagoan Kristus, anjing yang nggak pernah sekolah aja menabung, apakah kamu juga suka menabung uangmu? Raja Daud juga menabung bahan bangunan dan pekerja untuk mendirikan Bait Suci yang akan dibangun oleh Salomo. Kalau kamu baca ayat 14 dan 15, akan kamu temukan begitu banyak bahan yang Daud sediakan. Menabung walau hanya sedikit-sedikit lama kelamaan akan jadi bukit. Yuk menabung setiap hari, walaupun hanya sedikit karena itu sangat baik untuk dirimu sendiri. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di Renungan Spirit Junior – Jumat, 14 September 2012
Pertanyaan    : Apakah saya suka menabung?
Aplikasi          : Menabung setiap hari.
Doa                 : Tuhan, ajar aku menabung setiap hari. Amin.

Hanya Meniru

Baca : Kejadian 25 : 19 – 34
Lalu bertambah besarlah kedua anak itu: Esau menjadi seorang yang pandai berburu, seorang yang suka tinggal di padang, tetapi Yakub adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah. (Kejadian 25 : 27)

Salah satu hambatan terbesar bagi seseorang untuk menemukan talentanya adalah kecenderungan meniru orang lain secara total. Kita tentu pernah melihat ada orang-orang tertentu yang naik daun untuk sementara karena meniru total penampilan atau cara bicara tokoh terkenal tertentu seperti Michael Jackson, Britney Spears, atau Agnes Monica. Namun mereka pun begitu cepat turun daun karena orang tidak mendapati sesuatu yang unik dari diri mereka. Mereka hanya sekedar meniru namun tidak memodifikasi.

Sebetulnya tidak salah kita meniru orang lain karena sejak lahir sampai mati kita akan selalu meniru dan ditirukan orang lain. Waktu kecil gaya kita meniru kedua orang tua, waktu mulai sekolah, kita bisa menulis dan membaca karena meniru apa yang guru ajarkan dan seterusnya. Setiap manusia adalah unik dan keunikan itu seharusnya menjadi bekal berharga bagi perjalanan hidup setiap orang. Meski anak kembar, Tuhan melahirkan Esau dan Yakub berbeda, dengan masa depan yang berbeda pula. Esau menjadi pemburu, Yakub menjadi seseorang yang suka tinggal di kemah. Tuhan tak pernah menciptakan manusia yang persis sama, sehingga alangkah bodohnya kita jika kita mengidolakan satu tokoh dan ingin seratus persen meniru tokoh itu, jelas ini pengharapan yang sia-sia.

Tuhan tak melarang kita meniru sifat-sifat baik orang lain, namun kita sendiri harus mengembangkan keunikan diri kita sendiri yang sudah Tuhan berikan. Jadilah diri sendiri, bukan menjadi seperti orang lain, sehebat apapun orang itu, karena Tuhan melahirkan kita ke bumi untuk menjadi sesuatu yang spesial, sesuatu yang tiada duanya, sehingga nama Tuhan dipermuliakan dari segala sesuatu yang kita perbuat dengan unik dan belum pernah dilakukan oleh orang lain. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di Renungan Spirit Motivator – Minggu, 23 September 2012
Pertanyaan    : Apakah aku tahu keunikanku?
Aplikasi          : Kita diciptakan unik. Pertahankan keunikan itu dan jadilah diri sendiri.
Doa                 : Tuhan, ajar saya memiliki keunikan tersendiri. Amin.

Bukan Sarjana?

Baca : Kisah Para Rasul 4 : 1 – 22
Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus. (Kisah Para Rasul 4 : 13)

Arthur C Clarke dikenal sebagai salah satu maestro novel fiksi ilmiah. Salah satu karya terkenalnya adalah 2001: A Space Odyssey yang diterbitkan tahun 1968 dan sudah difilmkan. Meski novel-novelnya penuh cerita sains, sebenarnya Arthur bukanlah ilmuwan lulusan universitas terkenal. Ia bahkan tak mampu meneruskan sekolah ke perguruan tinggi setelah tamat SMA karena tak punya biaya. Ia kemudian bekerja sebagai auditor di sebuah lembaga pensiun. Sedangkan ketertarikannya pada sains sudah dimulai sejak SD. Ia menyerap ilmu sainsnya dari majalah sains yang ia baca. Dari situlah pengetahuan sainsnya dibangun. Hal ini membuatnya kemudian bisa bekerja di Royal Air Force (Angkatan Udara Britania Raya) sebagai spesialis radar dan terlibat dalam pengembangan sistem radar Inggris. Dengan latar belakang pengalaman kerjanya itu ia menulis cerita sains fiksi.

Hamba Tuhan, apakah hari ini Anda merasa kurang percaya diri karena mungkin Anda belum mengenyam pendidikan theologia dan takut jemaat tidak akan percaya akan apa yang Anda sampaikan? Jangan takut atau tidak percaya diri karena para rasul di jemaat mula-mula pun bukan sarjana. Petrus dan Yohanes tidak pernah mengenyam pendidikan theologia, mereka pun bukan orang Farisi dan ahli Taurat. Meski begitu, melalui mereka ribuan orang dimenangkan (ayat 4). Apa rahasianya? Karena kuasa Roh Kudus. Saat mereka ijinkan Roh Kudus bekerja dalam diri mereka, Mahkamah Agama pun terheran-heran karena mereka tahu keduanya bukan orang terpelajar, namun sangat jelas memberitakan firman (ayat 13). Tuhan tidak menuntut kita jadi sarjana lebih dahulu atau tahu banyak ilmu ini dan itu untuk jadi hamba-Nya, yang Tuhan mau adalah hati hamba yang siap melayani, sisanya Tuhan akan tambahkan dan cukupkan sehingga kita mampu bekerja.

Mari layani Tuhan dengan sepenuh hati dan semangat walaupun kita bukan sarjana. Para rasul mampu membuat banyak orang percaya pada Tuhan walau mereka bukan orang terpelajar, kita pun pasti bisa karena Roh Kudus bekerja dalam diri kita dan memampukan kita melakukan berbagai perkara besar. • Richard T.G.R


Catatan          : Renungan ini dimuat di Renungan Spirit Penuai – Jumat, 21 September 2012
Pertanyaan    : Apakah aku minder karena bukan sarjana?
Aplikasi          : Bukan gelar yang memampukan kita, namun Roh Kudus.
Doa                 : Tuhan, ajar saya untuk mengandalkan Engkau, bukan gelar sarjana. Amin.