Website counter

Selasa, 22 November 2011

Kewarganegaraan Ganda


Baca : Kisah Para Rasul 23 : 23 – 35
Orang ini ditangkap oleh orang-orang Yahudi dan ketika mereka hendak membunuhnya, aku datang dengan pasukan mencegahnya dan melepaskannya, karena aku dengar, bahwa ia adalah warganegara Roma. (Kisah Para Rasul 23 : 27)

Di jaman sekarang, seseorang bisa memiliki kewarganegaraan ganda bukanlah hal yang aneh. Ini bisa terjadi karena ada beberapa negara yang memang suka memberikan status kewarganegaraannya kepada orang-orang tertentu yang dianggap spesial. Di jaman para rasul pun, ada rasul yang memiliki kewarganegaraan ganda seperti Paulus dan Silas. Sebagai seorang Kristen, kita pun sebetulnya memiliki kewarganegaraan ganda yaitu warga negara surga dan warga negara Indonesia. Pertanyaannya adalah, bagaimana cara kita memanfaatkan kewarganegaraan kita di surga? Apakah menganggapnya biasa-biasa saja, menggunakannya untuk mengajak sebanyak mungkin orang mengenal Tuhan, atau menyalahgunakannya untuk mengumpulkan harta dan memuaskan hawa nafsu dengan mengatasnamakan Tuhan?

Dari Paulus kita bisa belajar menggunakan hak kewarganegaraan dengan cara yang benar. Paulus selain warga negara Yahudi, juga mendapat status warga negara Romawi yang waktu itu istimewa karena Romawi sedang dalam masa jayanya. Sadar bahwa dirinya adalah warga negara Romawi disegani di berbagai negara jajahan Romawi, Paulus menggunakannya untuk menginjil ke sana ke mari. Hasilnya, meskipun Paulus mengalami aniaya karena menginjil hingga Eropa dan Asia kecil, ia selalu dilepaskan karena status warga negara Roma yang disandangnya. Para pejabat Romawi pun tak berani sembarangan menghukumnya. Paulus bisa saja menetap di satu kota, membangun satu gereja, menikah dan lalu membuat jemaat yang besar. Namun ia tak melakukan itu karena ia tahu banyak sekali perkara memuliakan Tuhan yang bisa ia lakukan melalui status warga negara Romawi yang disandangnya.

Mari kita gunakan status kewarganegaraan kita untuk melakukan perkara positif bagi negara dan Tuhan.Tunjukkan pada sekeliling kita bahwa sebagai orang Kristen kita mampu melakukan berbagai perkara positif. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di RHK Aletea – Selasa, 15 November 2011
Pertanyaan    : Apakah kita sudah menggunakan kewarganegaraan kita dengan benar?
Aplikasi          : Gunakan status kewarganegaraan kita dengan melakukan perkara positif.
Doa     : Tuhan, ajar aku menggunakan statusku dengan benar. Amin.

Pandanglah Langit


Baca : Kejadian 15 : 1 – 21
Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." (Kejadian 15 : 5)

Anda hari ini sedang stress? Cobalah melihat langit, demikian saran Jack Norden dari For Spacious Skies (www.forspaciousskies.com), yang gencar mempromosikan penyembuhan dan pengobatan lewat memandangi langit. Menurutnya, langit biru nan luas adalah obat anti-stress yang baik. Langit bisa membuat kita meletakkan semua kerisauan dalam perspektif yang benar, sehingga kita tidak lagi stress. Seperti awan gelap di langit, masalah dalam hidup akan hilang dan berlalu, dan yang tinggal hanyalah langit biru yang cerah. Sejak tahun 1958, warna biru sudah diteliti dan dinyatakan bisa menurunkan tekanan darah oleh Robert Gerad yang kemudian menyebutkan sebagai alat penenang alami. Pada penelitian selanjutnya diketahui bahwa pemberian warna biru pucat pada dinding sekolah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan menurunkan kenakalan para murid sekolah.

Ribuan tahun lalu sebelum para ilmuwan masa kini melakukan riset tentang warna dan khasiat memandang langit, Tuhan sudah menunjukkan betapa besar kuasa-Nya kepada Abram (Abraham). Kala itu Abram berkata kepada Tuhan bahwa Dia tidak memberikan keturunan kepadanya sehingga hartanya kelak akan jatuh kepada salah satu hambanya. Saat itu bisa dikatakan Abram bertanya secara tidak langsung bagaimana caranya Tuhan memberikan dia keturunan yang sangat banyak sedangkan dia sudah lanjut usia dan Sara istrinya sudah menopause. Tuhan mengajak Abram keluar dan melihat langit, melihat ribuan bintang yang Tuhan ciptakan dengan cara yang ajaib. Beberapa waktu kemudian Tuhan menepati janji-Nya dan memang keturunan Abraham tak terhitung banyaknya seperti bintang.

Kekuatiran, ketakutan, kemarahan ataupun kesedihan akan selalu datang menghampiri hidup kita untuk membuat kita jatuh dan mengasihani diri sendiri. Jangan kuatir, mari memandang langit sejenak dan lihat kehebatan Tuhan. Tuhan berikan kita masalah tak akan melebihi kekuatan kita untuk menanggungnya, jangan takut dan mari jalani hari ini dengan penuh semangat. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di Renungan Wanita – Senin, 14 Oktober 2011
Pertanyaan    : Apakah aku percaya akan kehebatan Tuhan?
Aplikasi          : Percayalah Tuhan selalu menyertai kita dan menepati janji-Nya.
Doa                 : Tuhan, terima kasih atas segala kehebatan-Mu di sekitarku. Amin

Optimis atau Pesimis


Baca : Bilangan 13 : 1 – 33
Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!" (Bilangan 13 : 30)

Tahukah Anda apa perbedaan orang yang optimis dan pesimis? Sederhana, Anda bisa membedakannya dari kalimat yang spontan muncul dari mulutnya saat Anda melemparkan suatu ide atau gagasan baru. Contoh sederhananya Anda adalah seorang pemilik pabrik minuman dan hendak memasarkan minuman jenis baru di luar pulau. Anda lalu memanggil dua sales Anda dan menjelaskan niat Anda.

Sales A menjawab bahwa niat Anda akan sia-sia bila diterapkan karena sudah banyak pesaing produk minuman dan pulau yang menjadi sasaran kita sudah dikuasai oleh beberapa competitor lain. Saleb B menjawab pasti produk minuman baru itu akan laku walaupun pada awalnya mungkin penjualan sepi. Memang betul sudah banyak competitor dan pulau sasaran bos sudah dikuasai beberapa competitor. Namun dengan pemasaran yang baik dan meyakinkan, pasti masyarakat akan menggenal dan mengkonsumsi minuman itu. Kini tahukah Anda mana sales yang optimis dan pesimis?

Orang yang optimis selalu melihat rejeki dibalik setiap kesulitan. Sedangkan orang pesimis selalu melihat kesulitan dibalik setiap rejeki. Bangsa Israel gagal masuk tanah perjanjian dan dihukum Tuhan mengembara 40 tahun di padang gurun karena ulah 10 orang pemimpinnya yang pesimis. Meskipun mereka sudah melihat betapa makmurnya tanah perjanjian dan mengambil setandan buah anggur sebagai bukti, mereka tak yakin bisa masuk tanah perjanjian karena negeri itu sudah dikuasai bangsa-bangsa yang kuat. Beda sekali dengan sikap Kaleb dan Yosua yang yakin mereka pasti sanggup memiliki tanah perjanjian walaupun sulit karena Tuhan bersama dengan mereka.

Apakah Anda orang yang optimis atau pesimis? Anda sendirilah yang bisa menjawabnya. Menjadi pribadi yang optimis atau pesimis membawa konsekuensinya sendiri-sendiri. Mari kita menjadi pribadi yang optimis dalam menjalani hidup sehingga seberat apapun kesulitan menghadang, kita pasti akan menuai hasil karena Tuhan bersama dengan kita. • Richard T.G.R

Pertanyaan    : Apakah diriku pribadi yang optimis?
Aplikasi          : Lihatlah rejeki dibalik setiap kesulitan.
Doa                 : Tuhan, ajar aku menjadi pribadi yang optimis. Amin.

Prangko


Baca : Galatia 5 : 16 – 26
Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan. (Galatia 5 : 22)

Sebagian kita tentu pernah mengalami masa berkomunikasi menggunakan surat. Surat-suratan kepada sahabat pena atau sahabat yang tinggal di luar kota, atau kepada kekasih, adalah suatu kegiatan yang menyenangkan walaupun kita harus menunggu berminggu-minggu atau mungkin bulan untuk menerima balasan. Untuk mengirim surat, biasanya kita menggunakan perangko. Semakin jauh jarak propinsi atau negara tempat tujuan, semakin mahal harga perangkonya. Tujuan perangko dibuat adalah untuk ongkos kirim pos. Ketika membubuhkan perangko sesuai tempat tujuan, maka perangko itu pasti akan mengantarkan surat sampai tujuan. Perangko akan setia dan tak mungkin lepas walaupun tugasnya hanya satu kali saja, karena untuk itulah dia dibuat.

Perangko walaupun kecil dan oleh sebagian orang dijadikan barang koleksi, mengajarkan kepada kita arti kesetiaan melaksanakan tugas sampai selesai. Kita hari ini menjadi seorang Kristen tentu sudah tahu konsekuensi hidup murid. Matius 10 : 34 – 42 dengan rinci menulis bagaimana kita mengikut Yesus. Pertanyaannya sekarang adalah apakah kita masih setia mengikut Yesus? Banyak orang hari ini dengan sangat yakin berkata aku orang Kristen, aku setia kepada Yesus dalam keadaan apapun, aku setia sampai mati. Amin kalau kita berkata seperti itu, namun dalam prakteknya apakah kita benar-benar setia kepada Yesus?

Untuk menguji diri sendiri apakah kita setia atau tidak itu mudah kok. Kalau saat ini suami bangkrut atau mengalami masalah finansial, apakah kita tetap setia mendampingi dan terus menguatkannya? Kalau hari ini masyarakat mengucilkan karena kita dengan setia melakukan perintah Tuhan, apakah kita menurunkan standar iman atau tetap melakukan firman Tuhan? Kalau hari ini suami selingkuh atau terus menerus melakukan dosa yang sama, apakah kita mau setia mengasihinya, memberikan ampun dan menuntunnya kembali kepada Tuhan? Amsal 20:6 berkata : Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya? Semoga salah satu dari sedikit orang yang setia itu adalah Anda. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di Renungan Spirit Woman – Senin, 14 November 2011
Pertanyaan    : Apakah aku pribadi yang setia?
Aplikasi          : Jadilah pribadi yang setia.
Doa                 : Tuha, tolong bantu aku menjadi pribadi yang setia. Amin.

Turun Harga


Baca : II Korintus 6 : 1 – 18
Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?  II (Korintus 6 : 14)

Ketika kita berjalan-jalan di mall atau melihat pameran suatu barang, sering kita dapati tulisan-tulisan seperti judul renungan di atas. Contohnya harga sebuah televisi yang semula satu juta satu setahun lalu, sekarang harganya diturunkan menjadi tujuh ratus ribu. Ada banyak alasan mengapa toko atau penjual menurunkan harganya besar-besaran. Bisa karena perang harga, sedang melakukan promosi, menarik pengunjung, dan yang paling umum adalah karena barang itu sudah berlalu masa kejayaannya atau sudah tidak menjadi tren lagi. Daripada tidak laku dan memenuhi gudang, lebih baik dijual murah dan dapat uang.

Saat menulis artikel ini saya sedang sedih karena ada salah satu teman gereja mengundurkan diri dari imannya karena masalah pasangan hidup. Teman ini sudah cukup berumur, dan kebetulan di gereja kami dia belum menemukan pasangan yang cocok menurut ukurannya. Karena merasa sudah semakin tua, dia memutuskan menerima cinta seorang cowok yang notabene tidak seiman, namun menurutnya mau mencintainya. Pendeta kami, teman-temannya, termasuk saya, berusaha menasehati agar ia bersabar dan tidak menurunkan standar imannya. Namun apa daya dia tak mau mendengarkan nasehat dan memilih keluar dari gereja. Kami pun tidak bisa memaksa atau menghalangi karena itu pilihan hidupnya. Kami sedih dia memilih menurunkan standar hidupnya karena tidak sanggup menunggu pasangan terbaik yang Tuhan berikan.

Girls, apakah saat ini terbesit dalam pikiranmu untuk menurunkan harga karena merasa dirimu semakin tidak laku dan merasa beban karena tak kunjung mendapat pasangan yang Tuhan berikan? Saya tahu perasaanmu dan itu memang tidaklah gampang, namun ingatlah nasehat Paulus. Apakah kamu rela menukar Tuhan dengan belial? Apakah pasangan hidup jauh lebih penting daripada Tuhan? Apakah kamu lebih memilih kenajisan daripada kekudusan? Betul pasangan hidup itu sangat penting dan kita semua membutuhkannya, namun Tuhan yang terpenting. Jangan pernah menurunkan harga imanmu demi sesuatu yang kamu tahu Tuhan mampu berikan. Belajarlah mempertahankan imanmu tetap mahal dengan cara menjaga hidupmu dalam kekudusan dan sabar menunggu. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di Renungan Spirit Girls – Minggu, 13 November 2011
Pertanyaan    : Apakah aku berniat menurunkan harga?
Aplikasi          : Sabarlah menunggu
Doa                 : Tuhan, ajar aku untuk tidak menurunkan harga. Amin.