Website counter

Kamis, 25 Februari 2010

Sejauh Timur dari Barat

 By : Untung Budiono

Sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita. Mazmur 103 : 12

Bacaan : Mazmur 103 : 8 – 14


Beberapa hari yang lalu saya baru saja memecat salah seorang pegawai yang bekerja di kios saya. Pegawai tersebut terpaksa di pecat karena setelah beberapa kali di beri peringatan dan bimbingan tidak menunjukan perubahan yang baik dalam bekerja. Ia tetap melayani pembeli asal-asalan, tidak teliti menghitung barang, dan suka terlambat masuk kerja. Sebetulnya saya tidak ingin memecatnya, namun apa daya ia tidak mau berubah dan perbuatannya tersebut merugikan usaha yang saya jalani.

Saat saya mengingat peristiwa itu, hati saya mendadak takut saat membayangkan berdiri di posisi pegawai itu dan Tuhan adalah bos seperti saya. Tuhan hanya mengasihi dan memberkati kalau kerjaan saya beres, tidak pernah melanggar perintah Tuhan, rajin ke gereja dan doa. Kalau kita tidak melakukan kriteria di atas, maka kita di pecat oleh Tuhan sebagai murid-Nya, hidup kita tidak di berkati dan mati masuk neraka. Beruntung cara Tuhan mengasihi manusia berbeda dengan cara manusia mengasihi sesamanya atau anak buahnya. Tuhan selalu sabar terhadap segala pelanggaran kita, bahkan orang-orang jahat pun Tuhan pelihara dan berkati karena Tuhan ingin mereka percaya Ia begitu mengasihi kita semua.

Hari ini merupakan bulan kasih sayang, namun sudahkah kita mengasihi sesama seperti cara Tuhan mengasihi kita? Masihkah kita menyimpan segala kesalahan orang-orang yang menyakiti kita atau kita hanya mengasihi orang-orang yang berbuat baik pada kita? Kasih yang sempurna adalah kasih yang kita berikan bagi orang-orang yang menyakiti hati dan merugikan kita. Hari ini sudahkah kita mengasihi sesama seperti Tuhan mengasihi kita?

Serahkan Bebanmu

 By : Richard T.G.R

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Matius 11 : 28


Bacaan : Matius 11 : 28 – 30


Kalau hari ini Anda di tanya, berapakah berat sebuah Aqua kecil, apa jawaban Anda? Sebagian besar kita tentu akan menjawab 240 ml dan jawaban Anda benar. Namun berat yang saya maksudkan di sini bukan masalah berat Aqua, namun seberapa berat Aqua itu Anda pegang dalam waktu yang lama. Kalau Anda memegang Aqua kecil itu dengan posisi tegak lurus tanpa bersandar selama 1 atau 2 menit, Anda tidak akan merasa bermasalah. Namun kalau Anda memegang Aqua kecil itu Selama setengah jam atau 1 jam, itu akan menjadi masalah. Tangan Anda akan pegal-pegal dan merasa sangat berat memegangnya walaupun bobotnya hanya 240 ml. Semakin lama Anda memegangnya, beban Aqua serasa makin bertambah walaupun berat Aqua tetaplah sama.


Ilustrasi sederhana di atas sebetulnya berbicara tentang diri kita sendiri. Setiap kita tentu memiliki masalahnya masing-masing. Kita memiliki masalah dalam pekerjaan, dalam mendidik anak, dalam hubungan suami istri, dalam hubungan dengan masyarakat, dll. Selama kita hidup kita tidak akan pernah bebas dari masalah, namun pertanyaannya bagaimana respon kita menghadapi masalah itu? Banyak orang hari ini stress bahkan bunuh diri karena tidak mau belajar menyerahkan masalahnya pada Tuhan. Mereka hanya mengandalkan diri sendiri, kemampuan otak, otot, maupun finansialnya sehingga saat segala kemampuannya tak lagi mendukung, mereka depresi.

Sebagai orang-orang Kristen, kita harus beda dengan cara pandang orang dunia dalam menghadapi masalah. Serahkan segala masalah kita kepada Tuhan selain kita tetap berusaha karena Dia akan memberikan kelegaan. Masalah dan beban hidup sebetulnya tidak melebihi kemampuan kita mengatasinya, namun kalau kita menyimpan sendiri segala beban itu semakin lama, kitalah yang akan rugi sendiri dan Tuhan sedih melihat keadaan kita. Sudahkah Anda menyerahkan masalah dan beban hidup pada Tuhan serta tidak kuatir akan hidup Anda hari ini?         

Sabtu, 13 Februari 2010

Forgotten Heroes

By : Richard T.G.R

Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup. Keluaran 1 : 17

Bacaan : Keluaran 1 : 1 – 22


Sebagian besar kita tentu sudah akrab dengan yang namanya chatting, berkirim e-mail lewat komputer atau ngobrol dengan teman via internet. Kita bisa melakukan semua kegiatan di atas dalam hitungan detik karena penemuan kabel serat optic 43 tahun silam. Kabel serat optic pertama kali di temukan pada tahun 1966 dan mulai di produksi dalam skala industri pada tahun 1970. Serat dengan fiberglass murni ini memfasilitasi komunikasi pita lebar (broadband) global seperti internet, teks, musik, citra dan video dapat di transfer ke seluruh pelosok dunia dalam hitungan detik. Nah, siapakah nama orang yang berjasa pertama kali menemukan kabel serat optic yang memacu pesat perkembangan ilmu telekomunikasi? Dia adalah Charles Kuen Kao. Kao adalah mantan Wakil Rektor Hongkong Chinese University yang memiliki kewarganegaraan ganda yaitu AS dan Inggris. Sangat di sayangkan dedikasi Kao baru di ingat dunia 43 tahun kemudian melalui penghargaan Nobel 2009 saat Kao sudah berusia 76 tahun dan menderita sulit bicara dan Demensia akibat Alzeimer yang menyerangnya.

Dalam usia kita yang masih muda, mungkin kita juga sering lupa seperti kebanyakan orang terhadap orang-orang yang melakukan perkara kecil namun berakibat sangat besar dalam hidup kita. Kita mungkin tanpa sadar lupa siapa guru sekolah minggu kita yang pertama kali mengajar kita mengenal Kristus, kita mungkin tidak ingat siapa orang yang dahulu menolong kita saat melahirkan, kita mungkin lupa siapa nama teman kita waktu kecil yang menolong kita.

Walaupun kita melupakan, namun Tuhan tak pernah melupakan mereka. Sifra dan Pua bukan seorang nabi yang terkenal, namun hanya bidan negeri Mesir. Namun karena ketaatan merekalah bayi-bayi bangsa Israel tetap hidup dan Musa pun lahir. Renungan hari ini mengajak kita untuk berdiam sejenak dan berdoa bagi orang-orang yang sudah melakukan perbuatan kecil yang menggubah hidup kita. Kalau kamu ingat siapa mereka, datang dan jenguk mereka serta ucapkan terima kasih karena oleh dedikasi mereka kita bisa menjadi anak muda yang berkarakter hari ini.


*Di Muat di Renungan Harian Spirit Next – Januari 2010

Baca Donk

By : Richard T.G.R

Berpeganglah pada didikan, janganlah melepaskannya, peliharalah dia, karena dialah hidupmu. Amsal 4 : 13

Bacaan : Amsal 19 : 20


Negara Vietnam baru merdeka tahun 1968 dan sekarang baru memiliki populasi penduduk sekitar 80 juta jiwa. Secara luas wilayah, negara Vietnam pun jauh lebih kecil dari negara kita, namun secara sumber daya manusia ternyata penduduk Vietnam sedikit lebih cerdas di banding penduduk negara kita menurut sebuah survei. Lho kok bisa? Apa rahasianya? Pemerintah Vietnam memproduksi buku-buku bacaan 15 ribu buku setiap tahun, sedangkan Indonesia hanya 8 ribu buku setiap tahun. Minat baca rakyat Vietnam yang tinggi di tambah dukungan pemerintah yang memproduksi buku besar-besaran membuat mereka jauh lebih cerdas dan suatu saat tak menutup kemungkinan negara mereka jauh lebih maju di banding negara kita.

Untuk menjadi cerdas dan tahu banyak hal, kita mau tidak mau harus suka belajar yang salah satu caranya adalah dengan membaca. Dengan membaca buku, kamu akan selalu bisa mengulang suatu ilmu untuk di baca dan di pelajari. Dengan membaca kamu bisa menjadi juara kelas, bisa tahu berbagai macam ilmu, tahu perkembangan dunia dan teknologi. Saya sampai hari ini bisa terus menulis juga karena rajin membaca berbagai artikel baik dari buku maupun internet untuk terus up-grade pengetahuan plus wawasan. Jangan pernah malas membaca karena buku adalah sumber ilmu pengetahuan. Tuhan dan orangtuamu ingin kamu menjadi anak muda yang pintar baik secara Alkitabiah maupun pengetahuan umum, oleh karena itu rajinlah belajar. Membaca itu menyenangkan, karena itu mulailah rajin membaca. Sudahkah kamu membaca satu buku hari ini?


*Di Muat di Renungan Harian Spirit Next – Januari 2010

Sahabat Setia

By : Richard T.G.R

Jawab Marta: "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia." Yohanes 11 : 27

Bacaan : Yohanes 11 : 1 – 44


Setiap orang, tentu memiliki seorang sahabat yang sangat ia percayai. Dalam suka dan duka, biasanya sahabat kitalah yang paling tahu bagaimana perasaan kita. Namun, sahabat terbaik kita tetaplah manusia biasa yang pasti punya kelemahan dan kadang tak bisa menemani atau membantu kita. Mungkin suatu ketika Anda sedang mengalami beban berat atau sakit penyakit dan berusaha mengontak sahabat Anda untuk datang atau meminjam uang, namun apa daya sahabat Anda sedang tak punya uang dan tak bisa datang karena ia sedang mengerjakan suatu pekerjaan yang tak bisa di tunda. Kecewakah Anda dan kemudian memutuskan persahabatan dengannya? Tentu tidak bukan? Anda akan memaklumi dan tetap bersahabat dengannya.

Yesus adalah sahabat terbaik sekaligus terhebat karena Dia adalah Tuhan, namun sering Yesus membiarkan kita seakan-akan menderita atau celaka. Apakah Yesus sudah malas mengasihi kita? Tidak. Seringkali Tuhan membiarkan kita mengalami penderitaan dan seakan tidak menolong karena Ia mengasihi kita. Ia ingin kita semakin bertumbuh secara rohani dan mengenal Ia dengan cara yang benar. Kisah Lazarus di bangkitkan adalah contoh bagaimana Tuhan selalu bekerja pada waktunya. Tuhan tahu Lazarus sakit keras dan kemudian mati, namun Ia sengaja tinggal dua hari lebih lama di Yerusalem padahal letak Yerusalem ke Betania hanya dua mil jauhnya. Tuhan mengasihi keluarga Lazarus (Yohanes 11:5), namun Ia tak segera datang menolong karena Ia ingin melalui penyakit Lazarus, nama Bapa di muliakan.

Kalau saat ini Anda tetap jadi pengangguran, usaha Anda tetap bangkrut, atau saudara yang Anda kasihi tetap terbaring kritis di rumah sakit, padahal Anda sudah sangat setia mengikut Tuhan, percayalah Tuhan memberikan sesuatu yang terbaik melalui penderitaan Anda. Satu hari kelak, kisah hidup Anda akan menjadi kesaksian yang hidup bahwa Allah kita adalah sahabat setia.


*Di Muat di Renungan Harian Spirit Woman – Januari 2010

Tuntunan Tangan Tuhan

By : Richard T.G.R

Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu. Yesaya 46 : 4

Bacaan : Keluaran 13 : 17 – 22, Lukas 15 : 11 - 32


Saat kita berjalan-jalan dipusat perbelanjaan atau keramaian, akan sering kita jumpai orang tua yang menuntun anaknya yang masih kecil berjalan ke sana ke mari. Pernah satu kali saat saya berjalan-jalan di Mall, ada seorang anak kecil yang menangis dan ketakutan di sebuah stand. Rupanya anak tersebut lepas dari gandengan tangan ibunya dan sekarang tersesat. Pihak keamanan Mall lalu mengajak anak itu kebagian informasi lalu memanggil orang tuanya melalui pengeras suara. Tak lama orang tuanya datang setelah kebingungan mencari anaknya yang hilang, si anak sendiripun akhirnya bahagia bisa bertemu kembali orang tuanya.

Waktu kecil, orang tua kitapun akan selalu menuntun kita saat berjalan ke sana kemari. Kadang pikiran kita sebagai anak kecil ingin bebas dan pergi kemana pun tempat yang disukai tanpa perlu dituntun. Saat kita lepas dari pegangan orang tua, untuk sesaat mungkin kita senang. Namun tak lama kita akan ketakutan dan kebingungan karena tersesat. Setelah dewasa kadang tanpa kita sadari kita kerap berlaku seperti anak kecil. Kita merasa sudah cukup pintar dan tahu dunia sehingga kita melepaskan pegangan tangan Tuhan yang menuntun langkah kita. Setelah bebas dari pegangan Tuhan, kita melakukan segala sesuatu sesuka hati. Pergi ke sana kemari  dan memuaskan nafsu seperti yang dilakukan anak hilang, namun pada akhirnya kita sadar semuanya itu sia-sia. Kita dapati diri kita hancur baik jasmani maupun rohani dan kita merasa tak layak berdiri di hadapan Bapa. Kita ingin kembali ke dalam tuntunan-Nya dan hidup damai.

Seumur hidup kita sebetulnya Tuhan selalu menuntun langkah kita, namun kebandelan kita yang ingin bebas ke sana ke mari membuat kita melepaskan pegangan tangan Tuhan. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita seburuk apapun keadaan kita. ia selalu membuka pintu dan menerima kita kembali. Ia akan mencari kita saat kita terhilang dan menuntun kembali ke jalan yang benar. Hari ini kalau kita merasa tersesat dan kehilangan arah dalam menjalani kehidupan, berseru kepada Tuhan dan datang ke hadirat-Nya. Ia akan datang menuntun kita menjalani hidup dengan benar dan menyelesaikan semua masalah yang ada.


*Di Muat di Renungan Harian Spirit Girls – Februari 2009

Memberi Bukti Bukan Janji

By : Richard T.G.R

Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Matius 5 : 13

Bacaan : Matius 5 : 13 – 16


Tahun 2009 merupakan tahun PEMILU bagi Negara kita. Setiap hari akan kita temui spanduk-spanduk dan banner yang di paku dipohon atau dibentangkan dibaliho-baliho besar untuk memilih para wakil rakyat kita. Saat melihat siaran televisi, kitapun disuguhi iklan para partai politik yang dengan manis mengobral janji bahwa mereka akan membawa perubahan untuk Negara kita. Semua partai politik berusaha menarik simpati kita untuk memilih mereka saat pemilu dan menampilkan citra diri mereka sebaik mungkin. Kenyataan yang ada kita semua tahu bahwa para parpol tersebut sebagian besar mudah berjanji namun sedikit memberi bukti. Tahun 2004 lalu banyak parpol menjanjikan perubahan, namun sampai tahun ini keadaan tetap sama sehingga sebagian besar kita pesimis dan tidak percaya akan janji mereka sekarang. Tidak semua parpol jelek, namun lebih banyak parpol yang hanya baik dan peduli saat kampanye.

Janji adalah hutang, sehingga kemanapun kita pergi janji itu akan tetap mengikat kita. Tuhan sangat ingin kita sebagai seorang Kristen menjadi terang dan garam dunia yang memberikan bukti bukan hanya janji. Sama seperti garam yang rasanya harus asin bukan hambar, demikianlah seharusnya hidup kita. Setiap ucapan dan tindakan kita harus sesuai sehingga orang percaya dan melihat terang dan garam Tuhan dalam hidup kita. Kekristenan yang kita percayai hari ini akan sia-sia kalau kita tidak menjadi pelaku firman. Kita berkata saya seorang Kristen, percaya Yesus, rajin ke gereja namun kalau ucapan kita tidak dibarengi tindakan seorang Kristen apa bedanya kita dengan garam yang hambar rasanya? Kalau kita hanya pintar berjanji pada orang namun kita tidak pernah menepatinya apa bedanya kita dengan para parpol yang hanya bisa memberi janji bukan bukti?

Hari ini mungkin kita pesimis dengan para partai politik, namun sudahkah hidup kita memberikan kepastian pada orang-orang sekitar kita akan janji Tuhan? Sudahkah kita sebagai perpanjangan tangan Tuhan memberikan bukti bahwa Tuhan itu baik dan penuh kasih melalui hidup kita sehari-hari? Mari kita jalani hidup kita sehari-hari dengan menjadi seorang Kristen yang memberikan bukti bukan sekadar janji. Teruslah menjadi garam dan terang yang membawa banyak orang mengenal dan percaya kepada Tuhan.


*Di Muat di Renungan Harian Spirit Girls – Mei 2009

Mohon Ijin

By : Richard T.G.R

Kemudian bertanyalah Daud kepada TUHAN, katanya: "Haruskah aku mengejar gerombolan itu? Akan dapatkah mereka kususul?" Dan Ia berfirman kepadanya: "Kejarlah, sebab sesungguhnya, engkau akan dapat menyusul mereka dan melepaskan para tawanan." I Samuel 30 : 8

Bacaan : I Samuel 30 : 1 – 25


Mohon izin adalah sesuatu yang sering dilakukan, terutama saat kita berbicara kepada atasan mengenai urusan kerja, atau pamitan pulang kantor. Ucapan mohon izin merupakan bentuk penghormatan secara tidak langsung kepada seseorang. Dalam hubungan pekerjaan, mohon izin merupakan tanda kita menghormati atasan. Akibatnya sangat positif karena atasan biasanya merasa senang karena dianggap penting dan mengerti banyak hal. Kita pun tentu merasa bangga dan di hargai bukan kalau orang yang bertamu ke rumah kita meminta izin dahulu sebelum masuk ke dalam rumah kita atau berpamitan secara sopan saat mereka pulang?

Kalau kita semua tahu mohon izin merupakan sesuatu yang baik, bagaimana sikap kita kepada Tuhan saat melakukan segala sesuatu? Apakah kita melakukan segala sesuatu sesuka hati karena menganggap apa yang kita lakukan sudah benar atau kita minta izin dahulu kepada Tuhan dalam melakukan segala sesuatu? Daud adalah contoh sosok yang patut kita jadikan teladan masalah meminta izin. Kita tahu kondisi Daud saat pulang ke Ziglag, kota di bakar, harta bendanya di rampas, anak istri mereka di tawan dan seluruh penduduk mengatakan hendak melempari dia dengan batu. Saat saya membayangkan berdiri di posisi Daud, saya pasti stress berat karena di hujat rakyat dan seluruh harta benda dan keluarga  saya lenyap. Dalam kondisi seperti itu, kita bisa melihat bagaimana Daud tetap berusaha tenang dan meminta petunjuk Tuhan. Dan hasilnya Daud mendapatkan kembali semua miliknya dan Tuhan berkenan pada-Nya.

Mari kita pupuk budaya mohon izin kepada Tuhan, negara, orangtua, dan atasan kita. mohon izin menunjukkan bahwa kita selalu bertindak dengan hati-hati dan bijak sehingga Tuhan dan manusia respect terhadap kita. Sudahkah Anda meminta izin kepada Tuhan sebelum melakukan segala sesuatu hari ini?

*Di Muat di RHK Aletea – Februari 2010

Pengorbanan

By : Richard T.G.R

Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. II Korintus 5 : 21

Bacaan : II Korintus 5 : 11 – 21


Pernahkah kita bertanya, mengapa seorang ibu yang menderita kanker stadium tiga begitu tegar mengasuh sembilan orang anaknya sampai ajal menjemput? Pernahkah kita bertanya, mengapa seorang wakil kepala sekolah suatu SLTP rela menjadi pengajar di tiga sekolah yang berbeda dan menjadi pemulung sampah untuk menghidupi anak istrinya? Pernahkah kita bertanya, mengapa ayah kita memberikan makanan enak sedangkan ia sendiri tidak menikmati makanan itu? Pernahkah kita bertanya untuk apa orang-orang itu begitu kuat menahan beban moral dan fisik supaya kita bisa menikmati hidup yang lebih baik atau makanan yang enak hari ini?

Setiap orang yang mengasihi kita, rela melakukan apapun supaya kita bahagia, itulah jawaban pertanyaan di atas. Orang tua kita rela bekerja mati-matian agar kita bisa sekolah sampai sarjana walaupun mungkin mereka cuma lulusan SD. Orang tua rela membelikan makanan enak untuk kita makan sedangkan mereka sendiri tidak menikmatinya karena mereka mengasihi kita. Seorang ibu atau ayah rela menanggung beban perasaan dan fisik yang tidak pernah kita tahu, agar anak-anak mereka kelak menjadi manusia yang berguna. Mereka rela menderita bahkan tidak menikmati jerih payah yang mereka lakukan karena kasih, walaupun mungkin kita mendukakan hati mereka.

Pengorbanan terbesar di dunia dilakukan oleh Tuhan sendiri dengan mengorbanan anak-Nya yang tunggal untuk kita manusia berdosa. Yesus yang tidak berdosa harus rela menanggung segala hukuman dan mati dengan cara paling tragis supaya kita hari layak di sebut anak Bapa. Tuhan tidak berhenti mengasihi kita walaupun saat ini kita terus jatuh dosa. Bagaimana sikap hidup kita hari ini atas pengorbanan Tuhan dan orang-orang yang mengasihi kita? Apakah kita berusaha hidup benar dalam Tuhan atau menikmati hidup dalam dosa? Hiduplah hari ini sesuai kebenaran Firman Tuhan sebagai bukti kita menghargai pengorbanan-Nya.


*Di Muat di Renungan Harian Spirit Girls – Mei 2009

Allah yang Mencukupi

By : Richard T.G.R

Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Kamu harus memberi mereka makan!" Mereka menjawab: "Yang ada pada kami tidak lebih dari pada lima roti dan dua ikan, kecuali kalau kami pergi membeli makanan untuk semua orang banyak ini." Lukas 9 : 13

Bacaan : Lukas 9 : 10 – 17, Matius 17 : 20


George Muller adalah Pendeta sederhana, namun ia memiliki iman yang percaya Tuhan akan memberikan apa yang dia perlukan untuk panti asuhannya di Ashley Down Inggris. Ia membuka panti asuhan dengan menyewa sebuah bangunan, padahal waktu itu ia hanya memiliki uang tak kurang dari lima puluh sen. Dalam perkembangnya ia mengasuh 26 anak yang ia didik dengan berbagai ketrampilan. Sering ia tidak punya uang untuk sarapan para anak asuhnya, namun saat ia membawa masalahnya itu dalam doa, Tuhan selalu menjawab doanya dengan cara yang ajaib. Suatu pagi saat anak-anak asuhnya akan sarapan, tidak ada makanan di atas meja. George Muller lalu mengajak anak-anak asuhnya berdoa. Dalam doanya yang singkat ia berkata Tuhan akan mengirimkan makanan untuk sarapan hari ini. Aneh tapi nyata, selesai berdoa seorang laki-laki mengetuk pintu. Lelaki itu roda kereta kudanya patah sehingga tidak bisa mengangkat tong-tong susu ke pasar. Ia lalu meminta Pendeta George Muller mengambil susu yang ia bawa untuk anak-anak asuhnya.

Dalam berbuat baik untuk sesama, kita kerapkali berpikir mengunakan logika manusia seperti murid-murid Yesus yang diperintahkan Gurunya memberi makan lima ribu orang. Pikiran mereka langsung tertuju berapa duit yang harus keluar, di mana belinya, bagaimana melakukannya? Padahal segala sesuatu itu mungkin kalau kita punya iman walaupun sekecil biji sesawi. Kita hanya perlu berdoa dengan percaya maka Tuhan akan membukakan jalan yang tadinya tidak pernah terpikir oleh kita. Tuhan Yesus sudah memberikan contoh bahwa jawaban Tuhan hanya sejauh doa. Saat anak-anakNya berseru, Ia akan dengan sigap menjawab kebutuhan mereka. Hal itu tentu harus dibarengi tindakan untuk membuat jawaban Tuhan terjadi, bukan hanya sekedar berdoa tapi tak melakukan usaha apapun. George Muller dengan iman membuka panti asuhan padahal secara finansial dengan lima puluh sen mana mungkin bisa membuka panti asuhan dan mengasuh dua puluh enam anak. Namun kenyataan berbicara lain, dengan cara yang ajaib Tuhan senantiasa mencukupkan kebutuhan panti asuhan tersebut.

Hari ini bagaimana sikap kita kalau Tuhan mengerakkan hati kita untuk melakukan sesuatu yang besar bagi sesama yang kekurangan. Apakah kita akan bertindak seperti para murid yang menghitung secara materi, atau kita seperti George Muller yang percaya Tuhan akan mencukupkan segalanya walaupun uang atau modal kita sangat kecil yang secara finansial tidak mungkin cukup.?Mari belajar percaya bahwa Ia akan mencukupkan apapun kebutuhan kita. Bagian kita adalah berdoa dan berusaha, maka Ia akan menbuka jalan walaupun sepertinya tidak ada jalan.

*Di Muat di Renungan Harian Spirit – Februari 2009

Kasih yang Sempurna

By : Richard T.G.R

Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat. Lukas 5 : 32

Bacaan : Lukas 18 : 9 – 14


Dalam bekerja atau bersosialisasi, kita tentu pernah mengalami gesekan dengan orang lain. Katakanlah dalam pekerjaanmu, kamu dijadikan kambing hitam oleh rekan kerja sehingga di caci maki bos dan mendapat hukuman atau mukamu diludahi oleh orang yang memusuhimu karena cowok yang dia taksir menjadi pacarmu. Pertanyaan sekarang, mampukah kamu mengampuni mereka? Contoh diatas hanya peristiwa sederhana dan mungkin kamu sekarang mengalami sesuatu yang lebih menyakitkan. Kalau kamu merasa terlalu berat dan tidak rela melepas pengampunan, mari kita belajar dari kisah orang Farisi dan pemungut cukai.

Kita semua tahu bahwa pemingut cukai merupakan pekerjaan resmi namun sangat hina dimata orang Israel. Pemungut cukai hampir sama seperti para koruptor di negeri kita, namun hukum sulit menyentuhnya. Mengapa Tuhan malah mengampuni dan memuji pemungut cukai dan merendahkan orang Farisi? Secara hitung-hitungan, jelas orang Farisi lebih baik. Tuhan disini tidak melihat seberapa baik tingkah laku atau amal kita, namun dari seberapa kita rendah hati mau mengakui segala dosa dan kesalahan kita serta bisa mengampuni orang lain. Kalau selama ini kita merasa bahwa diri kita sudah cukup baik dimata Tuhan karena mengasihi orang yang mengasihi kita, sudah perpuluhan rutin, tidak melanggar 10 perintah Allah, namun tak bisa mengampuni orang yang meremukkan hati kita, apa bedanya kita dengan orang berdosa?

Tuhan datang kedunia demi kita, orang berdosa, mengapa kita tidak bisa mengampuni kesalahan saudara kita, padahal Tuhan saja bisa mengampuni orang yang menyalibkan-Nya bahkan seisi dunia? Mengapa kita begitu berat melepas pengampunan padahal Tuhan sudah datang dan mengampuni kita orang berdosa? Mengampuni orang yang tak layak diampuni adalah tanda kita murid Yesus yang sejati. Maukah kamu mengampuni?


*Di Muat di Renungan Harian Spirit Girls – Oktober 2009

Iman

By : Richard T.G.R

Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya." Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN. Ayub 1 : 12

Bacaan : Ayub 1


Kalau hari ini kita di tanya, apakah kita memiliki iman yang kuat teguh kepada Tuhan? Sebagian besar kita pasti akan menjawab saya orang beriman, saya orang yang akan selalu setia kepada Tuhan sampai mati. Puji Tuhan kalau kita bisa berkata seperti itu. Namun pertanyaannya, seberapa dalam iman kita kepada Tuhan sehingga saat badai masalah Tuhan ijinkan datang, kita tetap di dapati setia?

Banyak sekali dari kita bisa setia kepada Tuhan karena Tuhan memberkati hidup kita, keuangan oke, keluarga oke, kesehatan prima, pekerjaan bagus, segala sesuatu berjalan aman dan damai. Namun, sangat sedikit orang setia kepada Tuhan saat perusahaannya bangkrut, di PHK, di vonis terkena penyakit mematikan, anak terlibat narkoba atau prostitusi, di fitnah, intinya segala sesuatu berjalan dengan sangat buruk. Ayub adalah salah satu figur yang patut kita jadikan teladan kalau saat ini kita mengalami berbagai cobaan. Saat kita membaca Alkitab, kita bisa lihat Ayub masih begitu setia kepada Tuhan walaupun ia kehilangan segala-galanya, kecuali imannya kepada Tuhan. Karena iman Ayub yang begitu teguh itulah Tuhan berani menerima tantangan iblis untuk menguji seberapa taat Ayub. Tuhan bangga memuji Ayub di hadapan iblis karena Ayub hamba yang begitu setia.

Iman seperti apa yang kita punya hari ini sehingga Tuhan bisa dengan bangga berkata kepada para malaikat-Nya dan juga iblis bahwa kita adalah hambanya yang setia? Atau justru Tuhan malu memuji kita di hadapan iblis yang siap mencobai kita karena Tuhan tahu iman kita tergantung keadaan? Iman yang sejati hanya terlihat dalam penderitaan hidup, oleh karena itu jangan mengeluh atau undur daripada Tuhan saat penderitaan hidup kita alami saat ini. Belajarlah dari Ayub yang begitu setia sehingga nama Tuhan di permuliakan dan hidup kita menjadi inspirasi bagi banyak orang.


*Di Muat di RHK Aletea – Januari 2010

Menabur Benih

By : Richard T.G.R

Lemparkanlah rotimu ke air, maka engkau akan mendapatnya kembali lama setelah itu. Pengkhotbah 11 : 1

Bacaan : Pengkhotbah 11 : 1 – 8


Setiap orang di dunia tentu ingin sukses dalam segala hal. Secara materi, kita tentu ingin menjadi orang kaya atau memiliki pekerjaan yang mantap. Secara rohani, kita tentu ingin memenangkan sebanyak mungkin jiwa untuk Yesus. Secara karakter, kita tentu ingin bertumbuh menjadi pribadi yang berkualitas dan masih banyak lagi. Namun sangat di sayangkan tak semua kita hari ini bisa kaya, memenangkan banyak jiwa, atau menjadi pribadi yang berkualitas. Apakah Tuhan tak ingin kita sukses atau kita kurang bekerja keras? Tuhan tentu ingin kita sukses karena Ia menciptakan kita untuk berhasil (Yeremia 29 : 11) hanya sayangnya banyak diantara kita kurang tekun dalam mewujudkan keinginan hati kita.

Untuk sukses kita harus berani mengambil resiko dan menabur sebanyak mungkin usaha untuk setiap impian yang ingin kita capai. Agar bisa di terima bekerja, kita tentu tak bisa berharap pada satu perusahaan namun akan kita kirimkan banyak lamaran kerja pada banyak perusahaan bukan? Untuk mendapatkan satu aplikasi bagi kita yang bekerja di bagian marketing bank, kita tentu tidak akan melobi hanya satu orang namun sebanyak mungkin orang. Untuk kita bisa mendapat satu anggota atau Downline MLM yang kita tekuni, kita tentu akan mengajak sebanyak mungkin teman untuk bergabung. Semakin banyak kita menabur, peluang kita untuk berhasil tentu semakin lebar namun jika kita malas-malasan, jangan pernah berharap kita bisa berhasil.

Untuk bisa sukses dalam segala bidang, kita harus berani menghadapi kegagalan  dan menabur sebanyak mungkin di setiap usaha yang kita tekuni saat ini. Jangan pernah menunggu berkat datang dari langit, namun taburlah sebanyak mungkin benih kesuksesan melalui kerja keras kita sehingga semakin besar peluang kita melihat benih itu besar, bertumbuh dan berbuah sehingga sukses dengan sendirinya datang menghampiri kita.




*Di Muat di RHK Aletea – Januari 2010

Jangan Salah Langkah

By : Richard T.G.R

Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Matius 10 : 16

Bacaan : Matius 10 : 16 – 22


Sebagian kita tentu pernah bermain catur. Dalam permainan catur, kita tidak bisa sembarangan melangkah. Kalau sedikit dijabarkan, sebuah pion hanya bisa maju kedepan dan kuda harus berjalan membentuk huruf L. saat bermain pun tentu kita tidak akan sembarangan memaju-mundurkan bidak-bidak catur. Kita akan menghitung-hitung mau maju atau mundur, mengambil pion lawan atau memilih diam ditempat. Sedikit saja kita salah melangkah, maka biasanya lawan main kita yang cerdik akan dapat menguasai permainan dan mengambil satu demi satu bidak-bidak catur yang kita punya. Sedikit demi sedikit kita kemudian kalah karena salah mengambil keputusan. Acap kali kita kalah dalam permainan catur karena meremehkan lawan, memakan bidak catur lawan tanpa berpikir panjang kalau itu hanyalah umpan, atau tidak teliti dan sabar dalam bermain.

Saat kita mengambil suatu keputusan bisa diibaratkan kita menjalankan bidak catur dalam permainan catur. Ada sebab akibat yang akan timbul dari keputusan yang kita ambil. Bisa mendatangkan keuntungan atau malapetaka. Keputusan yang kita ambil akan sangat mempengaruhi kehidupan kita di masa datang. Bisa dicontohkan dalam dunia usaha kadang kita mendapat satu penawaran yang sangat menguntungkan namun harus menyuap pejabat pemerintah. Untung yang didapat memang besar, namun resiko yang harus siap ditempuh pun tidak main-main. Kita bisa dipenjara karena main suap, seperti beberapa kasus suap yang sedang marak menghiasi berita tanah air. Satu keputusan sembrono yang kita ambil bisa menghancurkan hidup kita dimasa datang. Kadang Iblis memang memberikan kita umpan supaya jatuh dalam dosa. Umpan yang kelihatannya mendatangkan keberuntungan, saat kita ambil ternyata menjadi malapetaka yang menghancurkan pertahanan dan kekuatan rohani kita.

Firman Tuhan menasehati kita supaya kita berpikir cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Dunia tempat kita tinggal penuh mara bahaya yang setiap saat bisa membuat kita hancur karena dosa. Berpikir dulu secara jernih sebelum mengambil setiap keputusan. Tidak selalu segala sesuatu yang kelihatan baik dan menguntungkan mendatangkan berkat dalam hidup kita. hati-hatilah dalam melangkah dalam menjalani hidup kita supaya setiap tindakan yang kita buat menghasilkan berkat baik untuk diri kita sendiri maupun sesama. Tetap bergantung pada Tuhan dan jangan mengandalkan diri-sendiri.

*Di Muat di Renungan Harian Spirit Motivator – Maret 2009

Don't Worry

By : Richard T.G.R

Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah -- sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur. Mazmur 127 : 2

Bacaan : Mazmur 127 : 1 – 5, Mazmur 37 : 25


Lia sedang bingung memikirkan nasibnya. Usaha yang baru ia rintis sekarang gagal total dan bangkrut. Mitra bisnis yang tadinya menyediakan dana untuk usaha sekarang menjelek-njelekan dirinya karena kegagalannya. Kalau di selidiki sebetulnya Lia tidak sepenuhnya bersalah. Ia gagal karena belum berpengalaman dan banyak pesaing yang usahanya sudah terkenal sehingga Lia pun harus gulung tikar. Dalam kebingungan dan tidak punya uang, Lia memilih bergantung kepada Tuhan. Dua bulan menganggur berkat Tuhan senantiasa mengalir. Saat perut lapar dan uang tak ada di dompet, ada saja teman atau tetangga yang secara tak terduga mengirimkan makanan. Saat tak punya uang untuk membeli kebutuhan sehari-hari, ada beberapa teman yang kadang minta tolong kepada dia untuk melakukan sesuatu dan ia mendapat sedikit uang untuk menyambung hidupnya. Dalam masa dua bulan itu, Lia sadar bahwa Tuhan tak membiarkan ia berkekurangan. Tuhan selalu mencukupkan segala kebutuhannya. Sekarang Lia sudah memiliki pekerjaan dan bisa memenuhi kebutuhannya secara lebih baik.

Situasi seperti Lia mungkin pernah kita alami. Mendadak usaha yang kita tekuni bangkrut, bagi yang bekerja mendadak pimpinan memecat kita, atau mungkin rumah kita di rampok atau terbakar. Dalam kesulitan yang bisa menghancurkan iman percaya kita, sikap seperti apa yang kita ambil? Apakah kita memilih menengelamkan diri sendiri dalam kesedihan dan menyalahkan Tuhan, atau kita memilih untuk menyerahkan sepenuhnya hidup kita dalam tangan-Nya yang seperti Lia lakukan? Waktu kita memilih untuk terus bersedih, beban kita malah semakin berat dan jalan keluar seperti sudah tertutup. Kita menjadi orang yang depresi dan tidak bisa lagi melihat penyertaan-Nya. Kalau kita memilih untuk berserah kepada Tuhan, maka Ia akan membuka jalan bagi kita untuk menyelesaikan masalah yang ada. Dalam masa kekurangan, Tuhan akan cukupkan segala kebutuhan kita dengan cara-cara yang tidak pernah terpikir oleh kita.

Jangan khawatir saat kesulitan datang karena kita punya Allah yang maha pengasih. Ia selalu menyediakan berkat-Nya bahkan saat kita tidur. Tak akan pernah kita ditinggalkan berjalan sendiri, Tuhan akan menuntun kita melewati kesulitan dan membuat kita menjadi pemenang atas kesulitan yang ada. Miliki keyakinan bahwa Tuhan mencukupkan semuanya, sesulit apapun keadaan kita.


*Di Muat di Renungan Harian Spirit Girls – Maret 2009

Belum Terlambat

By : Richard T.G.R

Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Lukas 17 : 3

Bacaan : Lukas 17 : 1 – 7, Yohanes 21 : 15 – 19


Penyesalan selalu datang terlambat, itulah hal yang dirasakan Pak Mulyadi saat mendengar keponakan yang dikasihinya meninggal dunia karena over dosis ketika memakai narkoba. Dengan mata berair dan tangan gemetar, ia memegang tiket pesawat yang sedianya akan dia berikan untuk keberangkatan keponakan keluar kota untuk terapi dua hari lagi. Namun semuanya sudah terlambat, keponakannya sudah pergi. Dalam kesedihan, Pak Mulyadi berdoa lalu mengambil keputusan untuk meninggalkan jabatan managernya dan mendirikan panti rehabilitasi bagi anak-anak pecandu narkoba di daerah Gunung Pati Semarang. Panti itu bernama Rumah Damai di mana banyak para pecandu akhirnya bisa pulih dari kecanduan narkoba dan menjalani hidup penuh arti dan memiliki pengenalan akan Tuhan yang dalam. Memang Pak Mulyadi gagal menyelamatkan nyawa keponakannya sendiri, namun dia berhasil menyelamatkan banyak nyawa dengan menggunakan seluruh waktunya untuk Rumah Damai.

Pada saat-saat tertentu mungkin kita pernah atau sedang mengalami peristiwa seperti Pak Mulyadi. Orang yang kita kasihi telah di panggil pulang kerumah Bapa sebelum kita memberikan apa yang terbaik yang ingin kita perbuat dan lakukan untuk orang yang kita kasihi tersebut. Biasanya kita akan tenggelam dalam penyesalan dan tak henti-hentinya menyalahkan diri sendiri. Kenapa saya tidak kesana hari itu? Kenapa Tuhan harus memanggil orang yang saya kasihi begitu cepat sebelum saya melakukan sesuatu untuk dia? Kenapa saya menyia-nyiakan waktu saya pada saat dia masih hidup? Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin melintas dalam pikiran kita dan membuat kita makin menyesal. Jangan biarkan penyesalan membuat Anda putus harapan dan tidak bisa melihat hari esok yang lebih baik.

Memang benar kita tidak dapat kembali ke masa lalu dan menghapus penyesalan kita, namun kita masih memiliki waktu hari ini untuk memperbaiki masa lalu kita. Bangkit dan gunakan hari ini untuk melakukan sesuatu yang bisa menebus kesalahan kita. Belajar dari Pak Mulyadi yang tidak membiarkan dirinya menyesal terus-menerus, namun menebus penyesalannya dengan menolong banyak orang yang kecanduan narkoba. Gunakan waktu Anda untuk kebaikan, belum terlambat untuk memperbaiki penyesalan Anda. Mintalah bimbingan Tuhan, apa yang harus diperbuat hari ini untuk menebus penyesalan Anda. Percaya, oleh anugrah-Nya apa yang Anda buat untuk menebus penyesalan tersebut akan Dia pakai menjadi berkat bagi banyak orang.

*Di Muat di Renungan Harian Spirit – Maret 2009

Jangan Menyerah

By : Richard T.G.R

Dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Roma 5 : 4

Bacaan : Roma 5 : 1 – 5, Kisah Para Rasul 2 : 1 – 13


Pernahkah anda membayangkan seandainya Anda terlahir cacat, mengalami kebutaan, tuli dan tidak bisa berbicara, namun Anda bisa melayani dan menjadi orang yang dipakai Tuhan untuk memberkati dunia? Mungkin sebagian kita akan berkata tidak mungkin. Bagaimana bisa kalau kita mengalami cacat fisik yang membuat kita tak bisa beraktifitas normal bisa Tuhan pakai sebagai alat-Nya? Kalau kita berpikir seperti itu, mari kita mencoba melihat kenyataan dari seorang wanita yang mengalami buta, bisu dan tuli sejak kanak-kanak, namun mampu berkarya bagi umat manusia. Dalam cacat fisiknya ia diundang setiap Presiden Amerika selama hidupnya, ia mendapat predikat kehormatan dari Radcliffe College, menulis banyak artikel, memberi kuliah di American Foundation untuk orang buta, bahkan berhasil menggalang dana sebesar dua juta dolar untuk yayasan tersebut. Wanita itu adalah Hellen Keller, seorang wanita Amerika terhebat abad 20.

Suatu hal yang wajar bila orang memandang kita dengan sinis karena suatu cacat fisik yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita. Namun bukan berarti kita harus menyerah menghadapi kelemahan yang kita punya. Bukanlah suatu alasan untuk kita mundur dan merasa tidak mampu berkarya untuk Tuhan dan sesama hanya karena terhalang cacat fisik. Kita semua bisa menjadi orang yang hebat dan dipakai Tuhan bukan berdasarkan omongan orang lain namun karena diri kita sendiri yang percaya Tuhan bisa memakai kita apapun kelemahan dan kelebihan yang kita punya dan berusaha mengalahkan kelemahan tersebut serta menjadikannya kekuatan. Saat kita ingin hidup kita dipakai sebagai alatnya namun cacat fisik menghalangi dan orang lain mungkin berkata dengan penuh hinaan : "Siapa sih lo? Lo kan Cuma orang cacat, mana mungkin Tuhan bisa pakai lo buat alat-Nya." jangan dengarkan dan perdulikan omongan tersebut. Percayalah hidup kita bisa dipakai untuk memuliakan nama-Nya.

Saat ini kalau saudara, anak, atau bahkan diri kita sendiri mengalami cacat fisik yang membuat kita merasa tidak bisa berguna dan hanya menyusahkan orang lain, buang pikiran negatif itu, jangan menyerah. Hellen Keller tidak akan pernah dikenal dunia kalau dia menyerah dan meratapi nasibnya. Bangkit dan percaya, kelemahan yang kita punya bukanlah suatu penghalang untuk berkarya bagi orang-orang disekeliling kita. belajar dari Kitab Roma 5, yang mengajarkan untuk senantiasa tahan uji dalam setiap kesengsaraan, jadikan kelemahan sebagai kekuatan untuk kita berkarya. Saat kita mau berusaha, Tuhan pasti akan membukakan jalan.

*Di Muat di Renungan Harian Spirit Motivator – Januari 2009

Si Pembual

Si Pembual
By : Richard T.G.R

Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat. Amsal 8 : 13

Bacaan : Amsal 10 : 6 – 11 


Sejak kecil saya sangat suka membaca dan salah satu majalah yang saya baca adalah Donal Bebek. Majalah Donal Bebek menceritakan petualangan Donal dan keluarganya yang menetap di Kota Bebek. Donal Bebek dikenal sebagai bebek pemarah dan besar mulut sehingga sering mengalami kesulitan karena sifat buruknya. Dalam satu cerita ia pernah harus menempuh jalanan bersalju hanya untuk mengantarkan vaksin ke desa Ayam karena ia sesumbar jago bermain ski, padahal ia tidak bisa bermain ski. Sehingga saat desa Ayam terkena wabah penyakit, ketiga keponakannya memaksa dia yang mengantar vaksin tersebut melawan badai salju. Dengan susah payah Donal terpaksa menempuh badai salju, semua itu terjadi karena ia terlalu mengumbar omong kosong.

Tanpa kita sadari, kadang kita bersikap seperti Donal Bebek, mengucapkan suatu pernyataan tentang diri kita yang tidak sesuai dengan kemampuan diri sendiri. Mungkin kita sesumbar sangat jago komputer, bisa mereparasi kerusakan computer dengan cepat. Satu kali teman kita meminta tolong untuk membetulkan komputernya padahal sesuangguhnya kita tidak bisa. Apa yang akan kita perbuat? Selain ketahuan bohong dan ternyata tak memiliki kemampuan seperti yang di ucapkan, nama baik kitapun akan buruk dimata orang lain. Kita akan dicap sebagai orang yang hanya bisa omong besar. Saat meneliti lebih lanjut mengapa kita besar mulut, sesungguhnya karena kita tidak percaya diri dan ingin dihargai orang lain. Karena itu kita terpaksa mengarang cerita palsu untuk membuat orang lain tertarik dan memuji diri, walaupun kita sendiri tahu cerita tersebut tidak benar. Dengan kata lain kita menipu diri sendiri.

Menjadi diri sendiri dan bersyukur untuk semua kelemahan dan kelebihan yang sudah Tuhan berikan merupakan salah satu bentuk kejujuran. Orang menghormati dan menghargai kita bukan berdasarkan perkataan yang keluar dari mulut kita semata. Bagaimana mungkin orang lain bisa menghargai kita kalau antara omongan dan perbuatan kita tidak sama. Seandainya orang lainpun tidak tahu bahwa kita hanya omong doang, kita tidak bisa menipu diri sendiri. Hati kecil kita akan menghakimi secara tidak kelihatan untuk semua kebohongan yang kita ciptakan. Mari kita biasakan hidup seperti apa adanya diri kita sendiri, jangan karena ingin hidup seperti orang lain kita harus mengorbankan integritas dan perasaan kita untuk suatu pujian yang sia-sia.

*Di Muat di Renungan Harian Spirit Motivator – Januari 2009

Low Batt

By : Richard T.G.R

Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Yohanes 15 : 5

Bacaan : Yohanes 15 : 1 – 8


Icha sedang melobi pelanggannya mengenai sebuah transaksi yang lumayan besar melalui Hp. Saat transaksi hampir mencapai finish dan sebentar lagi akan sepakat, mendadak Hpnya mengeluarkan nada peringatan low baterai. Keringat dingin langsung membasahi wajahnya karena kalau sampai hpnya mati maka bisa dipastikan transaksinya gagal. Benar saja tak kurang dari dua menit hpnya mati dan transaksi itu belum mencapai kata sepakat. Apa daya Icha harus merelakan transaksinya gagal karena ia sedang dalam perjalanan naik bus keluar kota dan untuk sampai kota tujuan masih memakan waktu lima jam lagi. Sebetulnya hpnya low baterai karena salahnya sendiri. Icha suka menunda-nunda mencharge Hp dan pagi ini ia nekad melobi langganannya walaupun baterai hpnya tinggal satu.

Kejadian di atas mungkin pernah kita alami walau efeknya mungkin tidak separah yang terjadi pada Icha. Saat kita sedang mengobrol tentang masalah penting mendadak Hp yang kita pakai low baterai lalu mati. Kalau kita di kantor atau rumah mungkin kita bisa langsung menchargenya atau kalau ada baterai cadangan kita langsung ganti baterai, tapi lain ceritanya kalau kita disuatu tempat yang tidak ada sumber listrik dan tidak membawa baterai cadangan. Hubungan kita dengan Tuhan bisa di ibaratkan seperti sebuah Hp dan sumber listrik untuk mengisi baterai hp kita. kita seperti Hp yang harus senantiasa mendapat sumber tenaga dari Firman Tuhan supaya kerohanian kita terus bertumbuh dan akhirnya berbuah. Kalau kita rutin memberi makan rohani kita, maka bisa dipastikan kerohanian kita tumbuh sehat dan tidak lemah. Kerohanian yang kita punya akan lemah kalau kita asal-asalan atau tidak rutin memberinya kekuatan dan makanan dari Firman Tuhan.

Rutinitas kerja kadang membuat kita mengabaikan saat teduh kita. "aduh sudah terlambat berangkat kerja nih, nanti malam aja deh saat teduhnya", Saat pulang kerja badan sudah capek ditambah tadi meeting berjam-jam membuat kita begitu sampai rumah langsung beristirahat dan tidak saat teduh. Mungkin kelihatan sepele membaca Alkitab dan merenungkannya setiap hari namun efeknya sangat besar bagi kerohanian kita. Kalau kita asal-asalan saat teduh dan tidak rutin bisa dipastikan lama kelamaan rohani kita akan sakit-sakitan dan aktifitas sehari-seharipun akan terganggu. Mari belajar disiplin untuk saat teduh dan menjalin hubungan yang erat dengan Tuhan melalui doa. Jangan biarkan rutinitas dan kesibukan bekerja membuat kita low baterai rohani dalam hubungan kita dengan Tuhan.


*Di Muat di Renungan Harian Spirit Girls  – April 2009

Everlasting

By : Richard T.G.R

Sebab: Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur. I Petrus 1 : 24

Bacaan : I Petrus 1 : 23 – 25


Kalau kamu pernah bepergian atau berwisata ke Kota Semarang, kamu tentu mengenal bangunan Lawang Sewu yang berada di daerah bundaran Tugu Muda. Lawang Sewu beberapa puluh tahun silam merupakan bangunan yang berfungsi menjadi kantor pemerintahan Belanda, setelah Indonesia merdeka tempat itu beberapa kali beralih fungsi menjadi kantor pemerintahan. Bangunan tersebut sekarang sedang di perbaiki untuk perkantoran sekaligus tempat wisata. Banyak bangunan yang dulu begitu mewah di jamannya sekarang hanya menjadi bangunan tua yang kadang tetap berfungsi namun tak sedikit juga yang di biarkan tetap rusak dan terbengkalai.

Setiap kota tempat kita tinggal tentu mempunyai bangunan tua, suatu bangunan yang dulu sangat megah sekarang menjadi tempat yang tidak terurus. Bangunan atau rumah sesungguhnya mewakili suatu ungkapan bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi kecuali Firman Allah. Suatu bangunan sekokoh dan semewah apapun, suatu hari kelak hanya akan menjadi sejarah yang akan dilupakan orang. Sehebat atau sekaya apapun kita, kekayaan tersebut akan menjadi sesuatu yang tidak berharga beberapa masa yang akan datang. Ambillah contoh kalau dulu mempunyai pager kita sudah sangat keren, namun sekarang akan dianggap kampungan karena sudah tidak jamannya. Kalau kita memiliki Hp yang paling mahal dan canggih hari ini, beberapa tahun mendatang mungkin Hp tersebut tidak lagi berharga karena jaman sudah berganti.

Segala sesuatu didunia akan berlalu dan dilupakan, namun Firman Tuhan tetap selama-lamanya. Alkitab yang boleh kita pelajari dan renungkan hari ini beberapa ratus tahun yang lalu pun sudah dibaca orang. Firman-Nya tetap sama dan tidak pernah berubah. Letakkan dasar hidup dan pegangan kita pada Firman Tuhan yang kekal. Jangan gunakan waktu hidup kita yang berharga di dunia ini hanya untuk mengejar harta duniawi yang fana, namun kejar dan pelajarilah Firman Tuhan karena itu akan membawa kita pada kehidupan kekal. Pelajari, renungkan dan lakukan apa yang Firman Tuhan perintahkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

*Di Muat di Renungan Harian Spirit Girls  – April 2009

Jumat, 12 Februari 2010

Jalan Pintas

By : Richard T.G.R

Tetapi penyakit kusta Naaman akan melekat kepadamu dan kepada anak cucumu untuk selama-lamanya." Maka keluarlah Gehazi dari depannya dengan kena kusta, putih seperti salju. II Raja-Raja 5 : 27

Bacaan : II Raja-Raja 5 : 20 – 27


Dalam sebuah mitologi Yunani, di ceritakan seorang raja bernama Midas memohon kepada dewa supaya ia memiliki sentuhan emas. Ia meminta hal itu karena sangat cinta dengan emas dan ingin mempunyai semua emas dengan cara yang cepat dan gampang. Mendengar permintaan itu, dewa mengabulkan permintaannya dengan syarat midas tak boleh menyesal satu hari kelak. Midas pun menyanggupi syarat itu. Tak lama raja Midas memiliki sentuhan emas, segala sesuatu yang dia sentuh langsung berubah jadi emas. Dengan sangat girang ia sentuh sana sentuh sini sehingga semua berubah menjadi emas. Tak lama ia merasa lapar setelah bekerja menyentuh semua benda menjadi emas. Namun saat menyentuh gelas hendak minum, gelas itu berubah jadi gelas emas sekaligus isinya, saat hendak makan ayam panggang, ayam itu berubah jadi ayam emas. Raja Midas gundah namun petaka belum berakhir, mendadak putra tunggalnya datang dan tak sengaja menyentuh lengannya sehingga dia berubah menjadi patung emas. Midas sangat menyesal, namun dia tidak dapat lagi berubah menjadi manusia normal tanpa sentuhan emas.

Dalam Alkitab juga ada kisah yang mirip dengan raja Midas yaitu kisah Gehazi hamba Elisa. Melihat tuannya menolak pemberian Naaman yang bisa membuat Elisa yang miskin menjadi kaya mendadak, otak Gehazi langsung berpikir pendek. Dengan gesit ia mengejar kereta Naaman dan menceritakan suatu kebohongan yang kelak akan ia sangat sesali. Tak lama ia mendapatkan dua pundi talenta perak dan dua potong pakaian yang kalau di mata uangkan bisa untuk memperoleh kebun-kebun, kebun zaitun, kebun anggur, kambing domba, lembu sapi, budak laki-laki dan budak perempuan. Pundit-pundi dan pakaian itu lalu di simpan dirumahnya dan dengan tanpa dosa ia kembali ke tempat Elisa. Elisa tahu Gehazi mendapat harta dengan cara tidak jujur dan menegornya, namun Gehazi berbohong sehingga Tuhan menghukum dia. Penyakit kusta Namaan menghinggapi dirinya dan anak cucunya.

Setiap kita tentu ingin kaya dan diberkati Tuhan, namun kalau kita mengejar kekayaan dan kesuksesan dengan jalan pintas suatu hari kelak kita pasti akan menyesal. Untuk naik jabatan kita tidak segan-segan menjatuhkan rekan kerja dengan cara kotor dan fitnah. Untuk memperoleh suatu tender, sebagai bos kita tanpa malu-malu menyuap aparat supaya tender kita tembus. Kekayaan dan kesuksesan memang tetap kita peroleh walaupun dengan jalan pintas, namun penyesalan sudah menanti. Jangan kita tergiur untuk menjadi kaya mendadak dengan jalan pintas, jadilah anak-anak Tuhan yang jujur, mau kerja keras dan mengandalkan Tuhan. Tuhan pasti akan memberikan kekayaan dan kesuksesan kalau kita mau jujur dan bekerja keras dengan cara yang benar. 

*Di Muat di Renungan Harian Spirit – April 2009

Knowledge Is Power

Knowledge Is Power
By : Richard T.G.R

Janganlah meninggalkan hikmat itu, maka engkau akan dipeliharanya, kasihilah dia, maka engkau akan dijaganya. Amsal 4 : 6

Bacaan : Amsal 3 : 13 – 18


Beberapa bulan yang lalu, saya berlangganan koran Kompas. Hal ini sebetulnya saya lakukan pada mulanya hanya untuk membantu teman saya yang bekerja sebagai bagian pemasaran, namun akhirnya saya malah mendapatkan banyak wawasan saat berlangganan. Setiap hari saat membaca koran, saya bisa belajar dan tahu banyak hal sehingga saat menulis renungan, ada banyak ide-ide baru dan berbagai peristiwa yang bisa saya tulis.

Seseorang di katakan pintar atau terpelajar, tidak melulu dia harus memiliki gelar sarjana atau menjadi juara pertandingan, namun karena dia rajin belajar dan mempraktekkan apa yang dia pelajari. Bill Gates tidak memiliki gelar sarjana karena ia tidak melanjutkan kuliahnya, namun ia berhasil mendirikan Microsoft yang di jalankan di computer kita. Bill Gates bisa sukses karena ia terus menerus belajar dan mengembangkan ilmu yang ia pratekkan dan pelajari. Hari ini mungkin sebagian pembaca bukan lulusan sarjana dan merasa minder saat bertemu atau berbicara dengan orang-orang yang memiliki gelar. Buang perasaan minder itu karena kita semua bisa seperti mereka kalau mau terus menerus belajar. Alkitab mengajarkan pada kita untuk berusaha memperoleh hikmat sebanyak mungkin dan mengasihi apapun hikmat yang Tuhan percayakan pada kita. Berkumpulah dengan kumpulan orang cerdas yang membangun karakter kita menjadi lebih baik, bacalah buku-buku yang menambah pengetahuan atau kalau ada uang lebih, ikutlah kursus-kursus untuk menambah ketrampilan.

Untuk memperoleh hikmat, kita harus mau selalu di ubahkan oleh pengetahuan yang kita peroleh. Alkitab adalah salah satu buku yang akan sangat membantu kita semua untuk memperoleh hikmat. Jangan bosan untuk terus menambah pengetahuan, karena pengetahuan adalah sumber kekuatan di mana kita bisa membedakan mana yang baik dan yang jahat, dan melalui pengetahuan yang di miliki, kita bisa menjadi alatnya Tuhan dan berkat bagi sesama.


*Di Muat di Renungan Harian Spirit Girls – Agustus 2009

Kejujuran

By : Richard T.G.R

Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya. Amsal 11 : 3

Bacaan : Amsal 15 : 19


Dalam surat kabar terbitan China, Legal Daily (06/04/09), di beritakan delapan orang tua murid di suatu sekolah harus di jebloskan ke penjara. Apa salah mereka? Delapan orang tua yang berasal dari Propinsi Zhejiang ini terbukti memfasilitasi anak-anaknya yang sedang ujian masuk universitas untuk mencontek menggunakan perangkat komunikasi canggih berupa telepon seluler dan alat pendengar nirkabel. Di China, hal ini merupakan pelanggaran hukum berat sehingga para orang tua ini di penjara dengan tuduhan tindak pelanggaran "rahasia negara."

Jaman semakin canggih sehingga hal – hal yang baik atau pun yang buruk pun semakin canggih di lakukan. Dahulu waktu kita masih sekolah, mencontek mungkin dengan bisik-bisik, menyalin di selembar kertas kecil atau menulis contekan di paha kaki. Semua itu sudah ketinggalan jaman. Perangkat semacam Hp atau alat pendengar nirkabel sudah menjadi senjata ampuh untuk nyontek. Tetapi secanggih apapun jaman atau semodern apapun teknologi, mencontek itu tetep aja dosa karena menipu Tuhan, menipu orang lain, dan menipu diri sendiri. Mungkin dengan mencontek kita mendapat nilai A dan tak seorangpun tahu karena lihainya kita mencontek, tetapi diri kita tahu nilai itu tidak asli dan Tuhan di surga melihat semuanya itu.

Bagi kita yang masih duduk di bangku sekolah, mari kita belajar jujur dengan hidup kita. Pelajaran mungkin susah dan kita membencinya, namun janganlah menyontek. Lebih baik nilai kita jelek atau merah namun murni usaha kita, daripada nilai seratus dengan mencontek. Orang menilai kita cerdas atau hebat bukan karena nilai kita bagus semua atau IP kita tinggi namun dari kemampuan kita. Buat apa nilai ijazah bagus namun saat bekerja kita tidak becus karena di sekolah hanya bermain dan tak pernah belajar? Mari kita menjadi pelajar yang jujur dalam menjalani masa sekolah, karena kejujuran akarnya selalu pahit dan buahnya manis.


*Di Muat di Renungan Harian Spirit Girls – Agustus 2009

Hidup Jujur

By : Richard T.G.R

Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan tidak akan terhindar. Amsal 19 : 5

Bacaan : Amsal 19 : 22


Berbohong apapun jenisnya adalah dosa dan suatu saat kita akan menerima akibat kebohongan yang kita lakukan. Dalam sebuah surat kabar, termuat sebuah berita bahwa seorang karyawati Nationale Suisse di Zurich, Swiss, terpaksa di pecat karena ber facebook ria. Lho apa salahnya? Karyawati ini, ternyata waktu itu mengajukan ijin tidak masuk kantor dengan alasan sakit yang mengharuskan dia beristirahat total dan tidak bekerja di depan komputer. Tak dijelaskan jenis penyakit apa itu, namun ia ketahuan bergunjing di facebook tepat di hari ia tidak masuk kantor dan mengajukan ijin. Apa boleh buat karena telah berbohong dan meruntuhkan kepercayaan bosnya, ia harus kehilangan pekerjaannya.

Dalam dunia kerja, berbohong sadar tanpa sadar mungkin sering kita lakukan. Kita pergi belanja di mall, tapi mengajukan alasan ke bos bahwa sedang melobi customer. Kita tak masuk kerja dengan alasan sakit, namun sesungguhnya kita ingin menghindari meeting yang akan menganalisa kinerja kita selama ini. Kita membohongi pelanggan dengan berkata tak di tempat karena kita memiliki hutang dengan dia. Kita berbohong sebetulnya untuk menutupi kesalahan atau kemalasan kita, namun bohong tetaplah dosa. Alkitab dengan jelas menulis siapa yang berbohong pasti akan mendapat hukuman, cepat atau lambat. Kalau Tuhan dalam sepuluh perintah-Nya saja melarang berbohong, mengapa kita tidak bisa berkata jujur pada bos atau orang lain?

Beranilah hidup jujur seberapapun buruknya diri kita, karena itulah yang akan membuat orang respek dengan diri kita. Kebohongan untuk sesaat memang mengenakkan dan membuat kita seakan terluput dari masalah, namun sesungguhnya itu awal dari kehancuran kita. Sekali kita ketahuan berbohong, akan sangat sulit bagi orang yang kita bohongi untuk bisa menaruh kepercayaan pada kita. Jalani hidup kita dengan penuh kejujuran karena itu yang membuat kita berkenan di mata Tuhan dan sesama.


*Di Muat di Renungan Harian Spirit Girls – Februari 2009

Ramalan

By : Richard T.G.R

Lalu berkatalah Saul kepada para pegawainya: "Carilah bagiku seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah; maka aku hendak pergi kepadanya dan meminta petunjuk kepadanya." Para pegawainya menjawab dia: "Di En-Dor ada seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah." I Samuel 28 : 7

Bacaan : I Samuel 28 : 4 – 25


Ketik REG Spasi NAMA spasi TANGGAL LAHIR anda, kirim ke XXXX maka Anda akan mengetahui masa depan Anda. Sepenggal kalimat tadi merupakan ucapan tukang sulap yang cukup kondang di negeri ini yang berkata bisa meramal masa depan kita. Ramalan memang sesuatu yang kelihatan menyenangkan, kita jadi bisa mengetahui masa depan walaupun pada kenyataannya ramalan lebih banyak boongnya daripada benarnya. Ramalan sedang menjadi tren yang cukup banyak mendatangkan uang karena kalau kita lihat di televisi, cukup banyak tukang ramal yang iklannya sering muncul. Stasiun televisi, operator selluler, orang yang membuat program ramalan dan sang peramal sendiri tentu mendapat omzet yang gede dari bisnis ramalan.

Ramal meramal sesungguhnya itu sudah ada sejak jaman dahulu. Kalau kita membaca Alkitab, Saul pun menggunakan ramalan untuk meramal nasibnya karena Samuel sudah meninggal dan Tuhan sudah undur darinya. Saking putus asa dan ketakutan, ia meminta bantuan tukang ramal yang notabene bersekutu dengan iblis. Saul yang dulu memerintahkan tentaranya membantai para pemanggil arwah dan roh peramal, malah saat terjepit menggunakan kuasa mereka. Kita tahu endingnya bahwa Saul akhirnya bertemu dengan "roh Samuel" yang berkata Saul dan anak-anaknya besok akan mati. Saul sangat ketakutan mendengar hal itu sehingga ia rebah ke tanah. Ramalan itu menjadi kenyataan, esok harinya Saul mati bunuh diri di medan perang dan anak-anaknya juga mati.

Sebagai orang Kristen, mari belajar dari pengalaman Saul. Ramalan bukanlah suatu jalan keluar dari masalah kita. Dengan percaya ramalan, tanpa sadar kita tidak lagi menyerahkan hidup kita ke dalam tangan kuasa Tuhan, namun berusaha mengetahui masa depan yang bukan wewenang kita dengan cara kita sendiri. Kita oleh Tuhan tak diberi hak mengetahui hari esok. Jatah kita adalah bekerja dan mengikut Tuhan. Kalau hari ini kita masih terikat atau percaya ramalan untuk mengetahui masa depan atau sekedar iseng, buang kebiasaan itu. Tuhan ingin kita percaya kepada Dia bahwa Dia bisa memberikan hari esok yang penuh harapan bukan percaya pada ramalan yang tidak jelas asal – usulnya.


*Di Muat di Renungan Harian Spirit Girls – Februari 2009

Ciri Murid Yesus

Ciri-ciri Murid Yesus
By : Untung Budiono

Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Galatia 5 : 24

Bacaan : Galatia 5 : 16 – 26


Beberapa waktu lalu, setiap kita melintas di depan kantor polisi atau di jalan-jalan yang ramai, akan sering kita temui sebuah baliho besar berisi DPO (Daftar Pencarian Orang) bernama Noordin M Top, buronan nomor satu yang di cari-cari Polri. Noordin terus diburu dan foto dirinya di pasang di mana-mana karena menjadi otak pengeboman di sejumlah tempat di negara Indonesia. Untuk bisa tahu siapa Noordin yang terkenal namun tak dikenal, polisi sengaja memasang foto Noordin dengan berbagai bentuk penyamarannya dan ciri-ciri tubuhnya. Dengan adanya foto dan ciri-ciri yang ada, masyarakat akan dengan lebih mudah mengenali Noordin dan melaporkanya ke polisi. Kini Noordin telah mati karena di sergap dan ditembak mati pasukan polisi di Kota Solo.

Kalau Polri saja memasang berbagai foto Noordin dan ciri-cirinya agar mudah di kenali dan di tangkap, bagaimana dengan ciri-ciri kita sebagai murid-murid Yesus? Apa yang membedakan kita dengan orang dunia? Ciri-ciri murid Yesus yang paling gampang di kenali ialah dia hidup menurut Roh Kudus. Murid Yesus yang sejati tentu akan memiliki buah-buah roh dalam hidupnya seperti kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Kalau selama ini kita mengaku Murid Yesus, ngomongnya selalu di awali dengan shalom, rajin ke gereja, namun kalau sedang bentrok dengan pasangan hidup atau rekan kantor, kita begitu mudah marah dan memaki-maki, apakah itu ciri murid Yesus? Apakah kita mudah mengampuni kesalahan orang yang melukai hati kita atau membalasnya?

Seorang murid Yesus tentu akan memiliki buah-buah roh dalam hidupnya. Memang tidak gampang melakukan buah-buah roh dalam hidup sehari-hari karena daging kita lemah, namun kita pasti bisa kalau mau hidup seturut Firman Tuhan. Anda ingin menjadi murid Yesus yang sejati? Miliki buah-buah roh dan salibkan segala hawa nafsu dan keinginan daging.


*Di Muat di Renungan Harian Spirit – Desember 2009

Harga Sebuah Keberhasilan

By : Richard T.G.R

Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya. I Korintus 9 : 24

Bacaan : I Korintus 4 : 24 – 27


Dalam perang, di Cina hidup seseorang bernama Su Qin yang mempelajari strategi militer. Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia menawarkan jasanya kepada Raja Qin untuk menjadi penasehat militer. Namun, karena pengetahuannya yang masih dangkal Raja menolaknya. Dengan sedih dia pulang ke desanya. Sesampainya di rumah, istrinya menyambutnya dengan dingin bahkan mencaci maki dirinya dengan kata – kata kasar karena gagal. Tak hanya itu, kedua orang tuanya pun merasa sedih dan memyesal karena Su Qin gagal. Ia tahu mereka memperlakukannya dengan buruk karena penolakan Raja. Karena malu dan kesal, ia memutuskan untuk menemukan rahasia di balik strategi militer. Dia belajar dengan sangat giat sampai kurang tidur. Suatu saat ketika belajar, ia tertidur karena capenya. Saat terjaga, dia marah karena ketiduran waktu belajar. Agar tidak ketiduran lagi, Su Qin mengambil keputusan ekstrim menusuk pahanya dengan pisau agar senantiasa terjaga. Setelah satu tahun belajar dengan keras, Su Qin menghadap raja sekali lagi. Usahanya tidak sia – sia ia mendapat pujian dari raja atas jawaban yang dipelajarinya dengan rajin. Akhirnya ia di terima menjadi seorang penasehat militer. (The Chinese ART of Goal Setting )

Sesuatu yang ingin di capai membutuhkan pengorbanan, baik secara duniawi maupun rohani. Tak ada yang bisa kita raih kalau tidak berjuang dengan keras. Kita semua dulu saat ujian kenaikan kelas belajar sebaik mungkin agar bisa naik kelas. Saat bekerja kita berusaha bekerja sebaik mungkin agar atasan kita senang dan posisi kita semakin naik. Dalam pelayanan gereja kita berusaha memberikan yang terbaik kepada Tuhan. Nah, sekarang apa keinginan terbesar dalam hidup yang ingin di capai? entah itu secara rohani atau duniawi apakah anda sudah siap berjuang untuk memperolehnya? Paulus mengajarkan kepada kita agar berusaha dengan begitu rupa untuk mencapai tujuan. Jangan kita asal–asalan menetapkan sesuatu sehingga hasil yang di peroleh tak memuaskan. Mari belajar untuk fokus akan tujuan hidup kita, terutama dalam kehidupan rohani. Apa yang ingin anda capai sekarang, berjuanglah untuk mendapatkannya. Tuhan senantiasa memberikan hasil yang terbaik saat kita berusaha dan bergantung padanya.

*Di Muat di Renungan Harian Spirit Motivator – Mei 2008

Mengenang Gus Dur

By : Richard T.G.R

Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk. Amsal 10 : 7

Baca : Amsal 11 : 3


Berbicara mengenai Gus Dur, tentu ada banyak sekali penilaian masyarakat mengenai beliau. Gus dur dengan segala kelemahan dan kelebihannya sebagai manusia biasa ternyata meninggalkan beberapa kenangan manis kepada kita semua. Walau secara fisik Gus Dur memiliki banyak kelemahan, beliau menjadi sosok pahlawan bagi beberapa kalangan. Gus Dur pada masa pemerintahannya memperjuangkan persamaan hak masyarakat Tionghoa, menjadikan tahun baru Imlek sebagai hari libur nasional dan menciptakan kerukunan lintas agama. Gus dur mengajarkan kepada kita semua untuk saling menghargai semua agama dan menghormati segala perbedaan yang ada. Gus Dur telah tiada, namun kita bisa mencontoh teladan beliau untuk mengasihi semua orang tanpa memandang muka.

Apa rahasia Gus Dur dicintai rakyat Indonesia dari berbagai kalangan? Apakah karena beliau pernah menjabat presiden? Apakah karena mempunyai kekuatan massa? Apakah karena beliau membela masyarakat Tionghoa yang menjadi kaum minoritas? Apakah karena rasa humornya yang tinggi dan terkesan santai aja menghadapi masalah dengan jawaban gitu aja kok repot? Rahasia Gus Dur adalah dia melakukan apa yang benar dan apa yang seharusnya di lakukan. Beliau tidak mau mengikut arus dan memilih menjadi diri sendiri di tengah lingkungan yang terkadang tidak mendukungnya.

Hari ini kita mengenal banyak orang baik seperti Gus Dur, Ibu Theresa, atau Helen Keller, dan tak sedikit diantara kita ingin seperti mereka. Kita ingin orang-orang mengenal kita sebagai sosok yang berintegritas dan saat mati mereka mengenang amal baik kita. Lalu apa yang harus kita lakukan agar bisa seperti mereka? Jadilah pelaku Firman Tuhan dalam setiap tingkah laku kita. Firman Tuhan itu sangat simple yaitu Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Lukas 10 : 27). Apapun profesi kita hari ini, kalau kita melakukan kebenaran Firman Tuhan maka kita akan dikenal sebagai orang benar dan meninggalkan kenangan indah bagi dunia.

Senin, 08 Februari 2010

Memberi yang Terbaik


By : Richard T.G.R

Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.
Markus 12 : 44

Baca : Markus 12 : 41 – 44


Dalam gereja kami, ada seorang anggota jemaat bernama Lina. Orangnya sederhana sekali dan pergi kemana-mana naik sepeda onthel yang kondisinya jelek. Karena hanya berpendidikan SD, maka dia hanya bisa bekerja menjadi pembantu rumah tangga yang gajinya kurang dari tiga ratus ribu per bulan. Walaupun pekerjaannya pembantu dan tingkat pendidikannya sangat minim, namun saya sangat terinspirasi dengan ketulusan hatinya. Walau gajinya kecil, namun ia selalu rutin perpuluhan dan tidak pernah mengeluh. Waktu musim hujan turun, ia tetap berangkat gereja dengan semangat walaupun badannya pernah basah kuyup karena terciprat air dari kendaraan yang ngebut menyelipnya. Ia tidak pernah iri hati dengan kami yang notabene lebih berkecukupan namun tetap memberi yang terbaik untuk Tuhan dan gereja.

Pikiran kita dan saya mungkin sama, bagaimana mungkin bisa hidup dengan gaji kurang tiga ratus ribu per bulan, dikurangi perpuluhan, di tengah jaman yang susah begini? Kalau menghitung-hitung secara logika memang tidak mungkin cukup namun ternyata Tuhan mencukupkan semuanya. Lina sampai hari ini tetap bisa mencukupi kebutuhannya, tak ada yang mustahil bagi Tuhan. Bagaimana dengan diri kita sendiri? Kerap tanpa sadar kita berhitung dengan Tuhan saat memberi perpuluhan atau amal. Gajiku pas-pasan ya Tuhan, nanti nggak cukup sampai akhir bulan. Kita tanpa sadar mengandalkan kekuatan diri sendiri dan tidak mengandalkan Tuhan yang merupakan empunya segala berkat dunia ini. Memberi yang terbaik tidak selalu bisa diukur dari seberapa banyak uang atau harta yang kita berikan atau seberapa mahal peberian kita. Memberi yang terbaik adalah memberi dengan ketulusan dan menjadi berkat bagi orang yang kita beri. Tuhan tidak memuji kita dari seberapa banyak kita memberi namun seberapa tulus dan percaya kita kepada-Nya saat memberi.

Kekayaan yang sejati tidak diukur dari seberapa banyak kekayaan harta duniawi atau berapa banyak uang yang kita punya. Kekayaan yang sejati adalah seberapa banyak kita tulus memberi untuk Tuhan dan sesama. Mari kita mengambil teladan dari seorang Lina yang sederhana untuk kita bisa memberi dengan tulus dari apa yang sudah Tuhan berikan melalui pekerjaan dan berkat yang Tuhan berikan kepada kita.


* Di muat di Renungan Harian Spirit Woman – Mei 2009
 

Jangan Tawar Hati

By : Richard T.G.R

Berkatalah Daud kepada Saul: "Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu." I Samuel 17 : 32

Baca : I Samuel 17 : 12 – 39

Dalam mencapai cita-cita yang tinggi, seringkali kita bukannya mendapatkan motivasi yang membangun, namun justru kritikan dan nasehat yang melemahkan. "Kamu mau jadi pemilik perusahaan? Jangan mimpi. Lihat dirimu, hanya lulusan SMA, karyawan biasa pula. Jangan menghayal terlalu tinggi, nanti sakit jatuhnya." Kritikan dan omongan seperti itulah yang kadang kita terima saat mengungkapkan harapan kita yang tinggi. Orang lain bukannya mendukung, tetapi melemahkan, dan celakanya,kita kadang lebih menuruti nasehat yang buruk sehingga tak berani mewujudkan mimpi kita.

Apapun mimpi Anda hari ini, mimpilah yang realistis dan bisa di capai sehingga orang yang tadinya merendahkan berbalik mendukung Anda. Daud waktu itu berkata kepada Saul untuk di ijinkan maju perang melawan Goliat, namun apa kata Saul? Kamu nggak mungkin menang, sudahlah, lupakan saja keinginanmu (I Samuel 17 :33). Saul melihat Daud hanya seorang bocah kecil pengembala kambing yang memakai baju perang saja tidak bisa berjalan, mana mungkin menang lawan Goliat, walaupun pada akhirnya Saul mengijinkan, saya percaya ia mengijinkan dengan setengah hati dan pasrah bahwa Daud pasti mati. Namun toh akhirnya Daud menang walaupun sepertinya mustahil. Saul dan tentara Israel yang tadinya mencibir dan merendahkan dirinya akhirnya balik mendukung dan menghantam orang Filistin sampai Gat dan Ekron (I Samuel 17 : 52). Kombinasi antara usaha dan iman percaya Daud akhirnya menghantar dia menjadi pemenang dan setelah melalui waktu yang panjang, ia menjadi raja.

Anda dan saya bisa sukses kalau mau usaha dan selalu mengandalkan Tuhan. Jangan jadikan cibiran dan kritik yang negatif melemahkan Anda, namun jadikan itu sebagai motivasi untuk membuktikan diri Anda bisa. Akan selalu ada omongan dan nasehat yang tidak membangun saat Anda ingin menjadi yang spesial dan lebih baik, namun respon Anda sendirilah yang menentukan apakah akan mundur atau mewujudkan mimpi menjadi kenyataan. Jangan tawar hati, orang-orang sukses yang Anda kenal hari ini pun bisa berhasil karena mereka tak membiarkan dirinya termakan kritik atau omongan negatif namun berusaha dengan tak kenal menyerah mewujudkan mimpi menjadi kenyataan.


* Di muat di Renungan Harian Spirit Woman – Agustus 2009

Menjual Kejujuran


By : Richard T.G.R

Menjauhi kejahatan itulah jalan orang jujur; siapa menjaga jalannya, memelihara nyawanya. Amsal 16 : 17

Baca : Amsal 21 : 8


Menjelang akhir bulan July 2009, media massa menurunkan sebuah berita tentang dikeluarkannya 11 mahasiswa ITB dari total 14 mahasiswa yang terlibat dalam perjokian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Mereka tertangkap tangan saat melakukan tindakan tidak terpuji ini di Makasar, Sulsel, awal July lalu. Sungguh ironis karena rata-rata mahasiswa ini baru duduk dibangku kuliah tingkat I dan II. Mayoritas dari mereka memiliki indeks prestasi kumulatif (IPK) di atas 3,00. Apa alasan mereka melakukan tindakan ini, padahal mereka cukup cerdas dan duduk di kampus yang terkenal? Kemiskinan. Orangtua mereka berpenghasilan pas-pasan dan saat itu mereka diiming-imingi Rp 30 juta per joki jika berhasil mengegolkan pemakai jasa SNMPTN. Karena ketahuan, uang 30 juta tak pernah didapat, mereka harus menombok biaya tiket pesawat dan dikeluarkan dari ITB.

Tak semua kita hari ini lahir dari keluarga kaya. Ada sebagian kita yang mungkin berhasil kuliah atau sekolah karena mendapat bantuan dana dari saudara, beasiswa atau terpaksa kuliah sambil kerja. Seberat apapun beban hidup atau semiskin apapun diri kita, ingatlah bahwa kejujuran adalah sesuatu yang sangat mahal harganya. Dari kisah nyata diatas, kita bisa melihat kemiskinan dan uang bukanlah alasan untuk kita bisa menjual kejujuran. Memang sangat tidak enak menjadi orang miskin, namun jadilah orang yang jujur. Sekali kita kehilangan kejujuran, kita harus menebus kehilangan itu dengan harga yang amat mahal dan mungkin akibatnya akan kita rasakan seumur hidup kita.

Jangan tergiur ingin kelihatan kaya dimata teman-teman kita, namun hiduplah sesuai kemampuan kita yang sesungguhnya. Harta dan uang yang kita miliki hanya titipan Tuhan. Apa untungnya kita menjual sebuah kejujuran untuk harta yang tidak kekal? Jadilah orang yang jujur apapun kondisi Anda hari ini.


* Di muat di Renungan Harian Spirit Girls – Agustus 2009

 

Persiapan Pulang


By : Richard T.G.R

Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang. Matius 24 : 42

Baca : Matius 25 : 1 – 13


Beberapa waktu yang lalu saya pergi ke Kota Solo selama satu hari. Karena hanya satu hari, saya membawa beberapa pakaian yang saya taruh dalam sebuah tas kecil. Hal berbeda akan saya lakukan kalau pulang ke Kota Majenang. Saya akan membawa satu tas ransel besar untuk membawa pakaian yang akan saya pakai di sana selama satu minggu. Kalau saya pergi ke Kota Padang untuk menjadi tim relawan korban gempa, saya tentu tak hanya membawa pakaian sebanyak mungkin, namun juga obat-obatan, makanan instant, dan tenda, sebanyak yang mampu saya bawa karena saya tak tahu berapa lama tinggal di Kota Padang. Intinya, semakin lama atau beresiko kita pergi ke suatu tempat, maka persiapan kita akan semakin detail dan lengkap.

Kalau untuk bepergian ke luar kota atau luar negeri saja kita memiliki persiapan, bagaimana persiapan kita pergi ke rumah Tuhan? Suka tidak suka, mau tidak mau, satu hari kelak kita akan mati, hanya saja kita tidak tahu kapan waktu dan caranya. Selama hidup di dunia, saat kita pergi ke suatu tempat kita tentu mempersiapkan segala sesuatu yang bersifat duniawi seperti kesehatan, uang, pakaian, dll. Namun untuk pergi ke surga, kita tentu harus menyiapkan hal-hal yang bersifat rohani seperti iman kita, dan cara hidup kita menjadi seorang Kristen. Tuhan sangat berharap kita menjadi lima gadis bijaksana yang memiliki persiapan dini. Jangan anggap karena kita masih muda, kaya atau sehat, kita bisa berbuat dosa seenaknya dan bertobat di waktu tua.

Hari kematian atau hari kedatangan Tuhan itu seperti pencuri dan kita tidak bisa menebak kapan Dia datang atau memanggil kita pulang walaupun ada ramalan berkata bumi akan kiamat pada tahun 2012. Hal terbaik yang harus kita lakukan sekarang adalah selalu gunakan waktu yang kita punya untuk memuliakan nama-Nya di manapun atau apapun pekerjaan kita. Sudahkah Anda siap pergi ke rumah Tuhan?


* Di muat di Renungan Harian Spirit Woman – Januari 2010
 

Abide With Me


By : Richard T.G.R

Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. Tetapi mereka sangat mendesak-nya, katanya: "tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. Lukas 24 : 28 – 29

Baca : Lukas 24 : 13 – 35


Tinggal sertaku hari telah senja. Gelap makin turun, Tuhan tinggallah. Lain pertolongan tiada kutemukan, maha penolong tinggal sertaku. Hidupku surut ajal mendekat, nikmat duniawi hanyut lenyap, tiada yang tahan, tiada yang teguh. Kau yang abadi tinggal sertaku. Aku perlukan Dikau tiap jam, dalam cobaan Kaulah yang kupegang. Siapa penuntun yang setaraMu, siang dan malam tinggal sertaku.” Sebait lagu di atas merupakan lagu penghiburan di kala papa saya meninggal dunia (28 Agustus 2009) beberapa waktu lalu. Belakangan saya baru tahu bahwa lagu tersebut merupakan lagu lama yang di buat pada tahun 1847 oleh Henry F. Lyte yang berjudul Abide With Me.

Di tinggal untuk selama-lamanya oleh orang yang saya kasihi, merupakan sesuatu yang tidak mudah saya terima. Di mata saya, papa merupakan sosok yang selalu berusaha memenuhi kebutuhan kami anak-anaknya, termasuk saya agar bisa sekolah di Semarang. Saat saya sedang berbeban berat, papa selalu memberikan nasehat-nasehat yang menguatkan. Kalau hari ini saya bisa menjadi penulis, itu semua bisa terjadi karena dukungan doa dan motivasi dari papa, walaupun tidak kelihatan. Rasa kehilangan yang saya rasakan kurang lebih sama dengan para Murid Yesus saat Dia mati. Para murid kehilangan guru yang selama ini bersama-sama mereka, mengajar mereka, berjalan ke sana ke mari, ngobrol, makan, dan tidur bersama mereka. Namun, setelah tiga hari berlalu, Tuhan menggenapi janji-Nya bahwa Ia hidup kembali. Dukacita berganti menjadi sukacita karena Yesus hidup.

Kalau hari ini, ada diantara kita mengalami kesedihan karena kehilangan orang yang kita kasihi, ingatlah bahwa Tuhan selalu bersama-sama kita walaupun Dia tak kelihatan. Dia akan selalu ada menemani kita dalam segala keadaan, dan satu hari kelak kita akan bertemu Dia muka dengan muka dan juga orang-orang yang kita kasihi, kalau kita tetap setia mengikut Tuhan.


* Di muat di Renungan Harian Spirit Girls – Januari 2010